JEMBER, FaktualNews.co – Perayaan Tahun Baru Imlek 2573 atau 1 Februari 2022, masih dalam masa pandemi. Tahun baru kali ini, menggambarkan Shio Macan Air, yang memiliki makna ketangguhan dan kejujuran. Namun untuk unsur air, bermakna suatu hal yang sulit diterka.
Unsur air juga disimbolkan diam, namun belum tentu menyelamatkan. Air itu beriak, juga belum tentu mencelakakan. Sifat air juga dinilai selalu berubah-ubah.
Menurut Wakil Ketua TITD Pay Lien San, Jap Swie Liong, atau akrab dengan nama Indonesia Hery Noven Stadiono. Makna dari Shio Macan Air memiliki harapan agar Indonesia terhindar dari bencana alam. Terlebih dari hal-hal yang berunsur air.
“Untuk tahun baru Imlek 2573, kebetulan tahun baru ini pas bersio macan dan berunsur air. Jadi kalau dalam artian sio macan dan berunsur air ini menyimbolkan ketangguhan, kejujuran. Cuma, sayang unsurnya air, karena sifatnya itu susah diterka,” kata Hery saat dikonfirmasi di TITD Pay Lien San Dusun Karangasem, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Selasa (1/2/2022).
Hery menjelaskan, untuk unsur air yang dimaksud, dengan sifatnya yang sulit diterka. Dinilai tidak bisa mendukung. “Karena macan itu bersifat jujur, tegas. Tapi airnya tidak mendukung, malah membuat suatu bencana,” ujar Hery.
“Contohnya, kita akan diprediksi sama ahli-ahli. Jawa Timur bagian selatan pulau Jawa akan ada (bencana) Megatrush, bahkan sampai menyebabkan tsunami (setinggi kurang lebih) 20 meter. Tapi semoga itu tidak terjadi dengan kita selalu berdoa yang baik,” sambungnya.
Namun sebaliknya, lanjut Hery, alam memberikan manfaat dan keberkahan bagi seluruh penghuninya. “Harapan kami di tahun Macan Air ini. Macannya sudah tegas. Sedangkan airnya sebagai penghilang dahaga. Jadi ada gunanya, bukan air yang membawa bencana,” ucapnya berharap.
“Sehingga kami menghimbau kepada semua umat yang ada di bumi. Untuk kita berdoa. Semoga tuhan bisa mengabulkan apa yang kita minta, dan diinginkan. Jangan sampai terjadi yang namanya gempa bumi, tsunami di tahun macan ini,” tuturnya.
Hery juga menambahkan, untuk perayaan Imlek tahun 2022 ini. Masih sama dengan dua tahun sebelumnya, yang masih dalam suasana sama saat pandemi.
“Untuk ibadahnya semenjak pandemi, kita selalu mengikuti anjuran pemerintah. Tidak boleh berkerumun, sembahyang berjamaahnya kita tiadakan selama pandemi ini. Umat yang datang selama pandemi sembahyang sendiri-sendiri. Mungkin kalau ada perlu ngobrol sama teman, halal bihalal atau gong xi fat chai masih bertahan sampai jam 12 siang,” ujarnya.
“Tapi kalau ke sanak saudaranya mungkin ada beberapa jam, sudah pulang. Jadi tidak sampai berkerumun,” imbuhnya.
Pengurus klenteng atau tempat ibadah, lanjutnya, juga tidak menyediakan sembahyang secara daring.
“Karena umat klenteng ini, walaupun tidak berjamaah dia sudah merasa yakin, kalau doanya sudah terkabulkan. Sudah diterima sama yang maha kuasa. Intinya kita tidak perlu berjamaah setiap saat. Tapi kalau tinggal (beribadah di klenteng). Memang kita adakan paling banyak 15-20 orang tapi jaga jarak 1,5 meteran,” pungkas Heri.