Peristiwa

Membangun Desa Mandiri di Mojokerto Melalui Budidaya Maggot

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Mendengar kata maggot bagi sebagian awan mungkin masih terdengar asing di telinga. Namun, ketika mendengar kata belatung mungkin sudah sering kita dengar dan lebih familiar karena bentuknya yang menggelikan dan membuat bulu kuduk merinding.

Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.

Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan. Bagi beberapa orang, budidaya maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan.

Tidak ingin menyianyiakan kesempatan, Pemerintah Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto,  memanfaatkan peluang ini menjadi salah satu usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Diketahui, pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) melalui Program Desa Berdaya Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) mengeluarkan anggaran Rp100 juta untuk 151 Desa Mandiri di Jawa Timur. Bantuan ini difokuskan untuk pemulihan ekonomi masyarakat imbas pandemi Covid-19.

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemendesa Nomor 303 Tahun 2020, dari 299 desa di Kabupaten Mojokerto, 163 Desa Berkembang, 114 Desa maju dan 22 Desa Mandiri. Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto menjadi salah satu dari 151 Desa Mandiri di Jawa Timur.

Desa Sidoharjo, berdasarkan keputusan Dirjen PPMD Kemendesa Nomor 303 Tahun 2020 tergolong Desa Mandiri. Indeks Ketahanan Sosial (IKS) pada angka 0.9029. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) pada angka 0.8333. Sedangkan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL) di angka 0.8000. Untuk nilai Indeks Desa Membangun (IDM) berada pada angka 0.8454.

Kepala Desa (Kades) Sidoharjo, Rif’an Hanum mengatakan, Desa Sidoharjo, menjadi salah satu Desa Terbaik di kawasan Jawa Timur dari 7.700 desa dalam pengelolaan sampah. Desa Sidoharjo juga mendapatkan hadiah dari Gubernur Jawa Timur melalui Program Desa Berdaya DPMD sebesar Rp100 juta.

“Bantuan ini kami direalisasikan dalam bentuk budidaya maggot yakni untuk memanfaatkan sampah dari tidak bernilai ekonomis menjadi layak jual. Karena banyak sampah dibuang ke tanah pekarangan kosong, dibuang di sungai atau dibakar jadi tidak ada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat maupun tidak mendidik,” ungkapnya, Rabu (9/2/2022).

Saat ini, budidaya maggot milik Desa Sodihorjo menjadi salah satu yang terbesar dan satu-satunya BUmdes yang memiliki produksi di Jawa Timur.

“Yang lain ada cuman pengusaha pribadi, tapi kalau dikelola oleh desa, disini satu-satunya se Jawa Timur,” ujar Hanum.

BUMDes Sidoharjo menggunakan tempat di Balai Desa Dusun Simpang untuk budidaya maggot. Sejak diresmikan pada tanggal 10 Desember 2021 lalu, budidaya maggot perlahan mulai menghasilkan. Untuk 1 gram telur maggot, lanjut kades, mampu menghasilkan antara 3-4 kg maggot.

Skala produksi untuk maggot berkisar antara 5-10 kg per harinya. Produksi masih kita batasi soalnya berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Telur per 100 gram kita bisa menjual Rp5 ribu, untuk maggotnya per 1 kilogram Rp5 ribu.

“Ada juga yang maggot hitam itu bisa sedikit mahal, perkilogram Rp55 ribu. Sedangkan kita juga punya produk maggot oven,” kata Hanum.

Untuk kemasan 100 gram, dijual dengan Rp10 ribu. Namun produk maggot oven masih dalam pengembangan. Budidaya maggot BUMDes Sidoharjo ini telah menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk kas desa dengan penjualan perhari rata-rata antara Rp200 ribu sampai Rp350 ribu.

Langkah awal membangun budidaya maggot yang merupakan bagian dari Program Desa Berdaya DPMD ini akan terus dikembangkan.

Rencana jangka panjangnya, lanjut Hanum, pihaknya akan membuka sekolah pengelolaan lingkungan yang terbuka bagi siswa-siswi dari sekolah dasar hingga menengah atas.

“Kedepannya, progam ini akan membuka sekolahan pengelolaan lingkungan terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar dan kami akan berikan benih maggot gratis untuk dibudidayakan di tempat asal masing-masing,” terangnya.

Selain itu, nantinya juga di salah satu tanah kas desa akan dikembangkan bisnis-bisnis yang lain yang bisa dapat memberdayakan sekaligus mensejahterahkan masyarakat.

“Kita siapkan lahan tanah kas desa berukuran 9×50 meter di pojok desa. Kalau nanti di sana kurang strategis untuk pengelolahan sampah, kita siapkan bisnis-bisnis turunan selain maggot, seperti ikan hias atau komsumsi, bebek, dan lain-lain,” ungkapnya.