Peristiwa

Mantan Anggota JAD Mojokerto Dirikan Rumah Moderasi untuk Kampanye Deradikalisasi

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Sutrisno, mantan napiter kasus terorisme yang pernah tergabung dalam kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) mendirikan Rumah Moderasi untuk mengkampanyekan deradikalisasi.

Gedung Rumah Moderasi itu berdiri di lingkungan rumahnya di Dusun Betro Barat, Desa Betro, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

Sutrisno menjadi bagian dari pelaku bom Surabaya 2018 silam. Pada saat itu juga ia diringkus Densus 88 dan masuk sel Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan.

Sebagai orang yang pernah berada dalam jaringan terorisme, ia menyadari radikalisme sangat mengancam persatuan bangsa Indonesia.

Oleh karenanya ia dengan anaknya, Lutfi Teguh Oktafianto, yang juga terjerat kasus terorisme beserta sejumlah tokoh desa setempat, ingin menyiarkan dakwah-dakwah Islami.

Dakwah-dakwah itu tidak mengadu domba dan memecah belah persatuan bangsa indonesia melalui studio podcast. Podcast mereka akan disebarkan melalui kanal Youtube.

Rumah Moderasi ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang di bawah naungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Pondcast untuk menangkal paham radikalisme . Saya ingin membuat wadah dengan membuat yayasan untuk bisa berdakwah keluar. “Karena kami lebih terorganisir, lebih legal dengan adanya Rumah Moderasi. Rasa takut itu ada tapi saya yakin teman-teman (napiter) saya tidak tega berbuat jahat terhadap saya,” kata Sutrisno. pembina Rumah Moderasi, usai peresmian, Kamis (17/2/2022).

Ia tidak ingin generasi bangsa Indonesia terjerumus kedalaman ajaran terorisme seperti dirinya bebera tahun yang lalu.

“Saya selama memeluk ajaran terorisme banyak sekali ajaran yang menuntun saya untuk membenci pemerintah. Saya mengimbau masyarakat jangan sampai anggota keluarga mengarah pada kejahatan termasuk terorisme,” ujarnya.

Kepala BNPT Komjen Pol Dr Boy Rafli Amarmenyambut yang hadir dalam peresmian Rumah Moderasi itu sangat mengepresiasi.

“Saya mengapresiasi dengan adanya kegiatan peresmian yayasan rumah moderasi Mojokerto, semoga masyarakat Mojokerto khususnya wilayah kemlagi ada paham radikalisme,” katanya.

Ia menegaskan, ideologi terorisme berbasis kekerasan yang tidak sejalan dengan nilai leluhur sejarah bangsa Indonesia. Mereka bergerak dari syariah di negara Arab dengan merekrut anggota dengan mengimingi kehidupan yang sempurna.

“Jadi dalam proses regenerasi kita bantu, mewakili negara itu melakukan regenerasi sosial, regenerasi itu antara lain UMKM, koperasi, terutama kegiatan-kegiatan yang diharapkan bisa terjadi dengan harapan eksnapiter bisa diterima kembali masyarakat dan memberi kesempatan pada mereka untuk berkreasi, inovasi, berprestasi sesuai dengan kemampuan,” ungkap Boy Rafli.

Boy Rafli menyampaikan, sebagian besar ulama negara Indonesia mengajarkan Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang dilandasi demgan sikap toleransi.

“Saya mengajak masyarakat bersama-sama untuk menyelamatkan generasi muda kita agar tidak paham radikalisme, dan saya nanti memberikan penghargaan,” tandasnya.

Masih kata mantan Kapolda Papua ini, karena budaya Bangsa Indonesia adalah bertoleransi. Dengan konsep podcast di Yayasan Rumah Moderasi Mojokerto ditambah dengan narasi-narasi yang dikembangkan untuk bisa menangkal penyebarluasan intoleransi, radikalisme yang dapat berlangsung setiap hari.

“Maka perlu kewaspadaan dini kita semua, jangan sampai menerima mentah-mentah informasi yang kontennya intoleran, radikalisme secara begitu saja tanpa memfilter. Karena ini bisa membahayakan alam pikiran masyarakat, baik itu secara individu maupun kolektif yang bisa merubah perilaku menjadi destruktif dikarenakan salah dalam menilai, menyingkapi informasi yang mengajarkan karakter intoleran itu,” urainya.

Meski Mojokerto pernah menjadi sasaran aksi terorisme, namun ia melihat saat ini kondusifitas semakin bagus termasuk Jawa Timur. Menurutnya, indeks risiko terorisme di 2021 melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hasil survey, target RPJMN di angka 54 baik sebagai pelaku dan target turun jauh yakni di angka 52 dan 30.

“Jadi ini adalah kerja semua, seluruh masyarakat untuk melakukan perlawanan membangun ketahanan ediologi masyarakat kita dengan terus meningkat semangat persatuan dan kesatuan. Jadi ini kerja kolektif yang bagus termasuk di Mojokerto, di Jawa Timur dan hari ini kita memang mempersempit ruang mereka-mereka yang mengusung ideologi, terorisme ini. Jadi kanan, kiri, dia mantok, itu adalah harapan kita,” tuturnya.