Ekonomi

Harga Kedelai Tak Kunjung Turun, Puluhan Perajin Tempe di Jember Kesulitan Produksi

JEMBER, FaktualNews.co – Puluhan perajin tempe di Lingkungan Kedung Piring, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Jember mengaku kesulitan untuk memproduksi tempe.

Kurang lebih 70 pengrajin tempe itu mengeluh, karena harga bahan baku kedelai impor untuk membuat tempe naik drastis.

Kini harga per kilo kedelai impor Rp 11.400, yang sebelumnya Rp 6.200. Kenaikan harga itupun berlangsung selama kurang lebih sebulan belakangan.

Menurut salah seorang perajin tempe Muhammad Zaenal Arifin (43), untuk tetap bisa berjualan, dirinya harus memperkecil ukuran tempe dagangannya.

Ukuran tempe dagangannya yang awalnya berukuran 30×13 cm, kini hanya berukuran 30×10 cm.

“Itu terpaksa saya lakukan agar saya tidak perlu menaikkan harga tempe yang saya jual. Saya jual tempe itu biasanya Rp 3 ribu. Rata-rata warga di sini semua harga jual sama,” kata pria yang akrab dipanggil Arifin ini, saat dikonfirmasi di rumahnya, Jumat (25/2/2022).

Menurut Arifin, siasat mengurangi ukuran itu dianggap lebih baik. Karena, pembeli akan mengeluh jika harga tempe dinaikkan.

“Ya mau bagaimana lagi. Siasat mengurangi ukuran itu yang bisa dilakukan agar pembeli tidak rewel. Apalagi saya berjualan tempe ini keliling, dari sekitaran Tegal Besar sini, sampai Sumuran, Ajung,” katanya.

Terkait kenaikan harga kedelai impor, Arifin mengaku tidak bisa menggantinya dengan bahan baku kedelai jenis lokal.

“Karena kualitasnya tidak sama. Kalau pakai kedelai impor bisa tahan selama 3 hari. Kalau pakai kedelai lokal sehari gitu sudah berjamur, tidak bisa untuk dimasak,” ungkapnya.

Dengan kondisi kenaikan harga kedelai impor, Arifin juga menambahkan, dirinya tidak bisa berbuat banyak. Arifin berharap, agar ada perhatian soal kenaikan harga kedelai tersebut.

“Kenaikan itu sebenarnya sejak lama. Semakin lama semakin naik. Tapi yang naiknya drastis ya sebulan belakangan ini,” ucapnya.

Senada dengan yang disampaikan Arifin, seorang pengrajin tempe lainnya Amina (53) juga mengeluh dengan kenaikan harga kedelai impor yang saat ini dialami.

Pria yang sudah 30 tahun berjualan tempe itu, berharap adanya perhatian pemerintah agar harga bahan baku kedelai impor dapat kembali normal.

“Untuk strategi agar harga tidak naik ya mengurangi ukuran panjang itu. Bahkan ketebalan tempe buatan saya juga disesuaikan,” ujarnya.

Menurut Amina, bagi pelaku usaha rumahan yang dilakukannya. Bahan baku produksi kedelai sangat penting diperhatikan.

“Karena dengan harga kedelai impor per kilo Rp 11.400 kita kebingungan untuk menjual tempe ini. Saat ini ukurannya diperkecil. Masak iya harga juga naik. Yang ada pembeli malah pergi semua,” kata pria yang berjualan sehari-hari di Pasar Gladak Pakem ini.