FaktualNews.co

SDN Terpencil di Stubondo Memprihatinkan, 41 Siswa Hanya Seorang Guru

Pendidikan     Dibaca : 1726 kali Penulis:
SDN Terpencil di Stubondo Memprihatinkan, 41 Siswa Hanya Seorang Guru
FaktualNews.co/Fathul Bari.
Kondisi SDN 10 Curahtatal, Kecamatan Arjasa, Situbondo.

SITUBONDO, FaktualNews.co – Kegiatan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah terpencil sangat memprihatinkan. Seperti yang terjadi di SDN 10 Curahtatal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo.

SDN terpencil tersebut mempunyai sebanyak 41 siswa dari seluruh kelas. Yakni dari kelas I hingga kelas VI itu, hanya ada satu guru yang mengajar setiap harinya.

Tolak Hardi (57) salah seorang wali murid SDN 10 Curahtatal mengatakan, dirinya sangat prihatin dengan kondisi sekolah anaknya. Sebab, dari  jumlah total sebanyak 41 siswa dari seluruh kelas. Hanya ada seorang guru honorer yang mengajar.

“Praktis, KBM di sekolah SDN 10 Curahtatal tidak maksimal. Masak satu guru honorer mengajar enam kelas,”ujar Tolak Hardi, Senin (28/2/2022).

Menurutnya, selain tenaga pendidiknya kurang, kondisi gedung sekolah juga diketahui sangat memprihatinkan. Sebagian ruang kelas banyak yang retak.

“Karena kurang guru, kelas satu dan dua ngumpul satu kelas, tiga dan empat satu kelas, lima dan enam juga satu kelas. Yang murni satu ruangan hanya kantor gurunya,” beber Tolak.

Tolak menegaskan, yang menjadi persoalan di sekolah tersebut, adalah tenaga pengajarnya. Karena banyak guru yang ditugas mengajar di sekolah tersebut, seringkali tidak kerasan. Apalagi ketika musim hujan, kebanyakan gurunya tidak hadir. Itupun muridnya tetap semangat.

“Paling lama guru yang ngajar disini paling hanya bertahan dua hingga tiga tahun. Setelah itu mereka banyak yang minta pindah atau berhenti. Maklum orang kota sulit mengahadapi jalan seperti di dusun ini,” terangnya.

Sementara itu, Tarnoyadi seorang guru di SDN 10 Curahtatal, mengakui, kalau murid di sekolah tersebut sangat rajin. Meskin hujan para siswa tetap masuk sekolah. Semangatnya itu sangat luar biasa. Tetapi gurunya saja yang sangat minim. Guru PNS hanya satu orang.

“Alhamdulillah masih ada GTT yang bisa membantu. Kalau tidak ada mereka, saya sendirian ngajar dari kelas satu hingga kelas enam,”katanya.

Terkait kekurangan guru tersebut, Tarnoyadi berharap agar ada tenaga pendidik putra daerah Dusun Kacep, yang kebetulan sudah ada dua GTT yang sudah mengabdikan diri di sekolah tersebut, namun belum terangkat.

“Semoaga saja ada guru yang merupakan putra daerah bisa diangkat jadi GTT, agar proses belajar mengajar bisa maksimal,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin