FaktualNews.co

Linmas di Jember Mengabdi 30 Tahun Tak Pernah Dapat Honor

Peristiwa     Dibaca : 673 kali Penulis:
Linmas di Jember Mengabdi 30 Tahun Tak Pernah Dapat Honor
FaktualNews/Muhammad Hatta/
Caption: Dulkowi Linmas mempersiapkan rombongan jualannya

JEMBER, FaktualNews.co – Pria bernama Dulkowi (73) warga Desa Gunung Malang, Kecamatan Sumberjambe, Jember, mengabdi selama 30 tahun sebagai Linmas  tanpa mendapat honor.

Pria kelahiran tahun 1949 ini menggantungkan hidupnya dari berjualan cilok. Dari tahun 1973, pria lanjut usia ini berjualan cilok untuk menghidupi Istri, 3 anak, 7 cucu, dan 3 cicit.

Di era kepemimpinan Bupati Hendy Siswanto, pria lanjut usia itu pernah mengungkapkan keluhannya. Saat kegiatan kunjungan bupati ke Kantor Kecamatan Sumberjambe.

“Saya selama 30 tahun mengabdi tidak pernah dapat honor. Saya tidak pernah di bayar, saya (hanya) dibayar nase’ se pereng, jukok pendeng 2 potong (nasi satu piring, ikan pindang 2 iris),” kata Dulkowi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Rabu (2/3/2022).

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, lanjut pria yang akrab dipanggil Pak En ini, dirinya pun berjualan cilok keliling. Cilok dagangannya adalah makanan serupa bakso berukuran kecil, campuran kanji dan daging sapi.

“Kalau dulu namanya bukan cilok. Tapi Nyok Nyan itu. Sebenarnya saya mau jualan bakso, tapi modal sedikit karena kondisi ya sulit. Modalnya dari tabungan dan juga pinjam tetangga. Jadinya jualan cilok itu. Saya jualan sejak tahun 1973,” katanya.

Ia juga menambahkan, usaha jualan cilok yang dilakoninya mampu menghabiskan 10 kg daging sapi sekali masak.

“Cilok 2 hari itu habisnya. Kadang gak tentu. Namanya usaha. Gimana lagi saya gak dapat honor,” sambungnya.

Sementara terkait pekerjaannya sebagai Linmas, dirinya mengaku mengabdi sejak tahun 1992.

“30 tahun saya jadi Linmas, pada saat jamannya Pak Samsul Hadi itu pertengahan. Tapi ya gitu, saya untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari dari jualan bakso, saya tidak punya sabhe, tidak punya teghel (tidak punya sawah, saya orang miskin, red),” ungkapnya.

Untuk berjualan cilok, dilakoni saat libur kerja atau di sela kegiatannya bertugas.

“Saya jualannya keliling, ke (Desa) JambeArum, Pringgondani, Rowosari, Pakem. Kalau dulu, ghik Nyok Nyan e’pekhol (dulu jualan cilok dipikul, red). Sekarang yang dipikul itu sudah gak zaman. Sekarang sudah pakai sepeda motor,” ucapnya.

Motor yang digunakan untuk berjualan cilok keliling pun kondisinya sudah pretelan.

“Ya itu yang dipunya. Selama masih bisa dipakai,” ujarnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid