Peristiwa

Arkeolog Temukan Tiga Wahana Candi Tempat Para Dewa

Situs Gemekan Mojokerto

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Tim ekskavasi Situs Gemekan, Mojokerto, menemukan tiga struktur bangunan yang diduga ditempatkannya patung dewa-dewa.

Tiga struktur bangunan tersebut ditemukan pada ekskavasi tahap kedua yang dimulai sejak 1 sampai 6 Maret 2022, berlokasi di Dusun Kedawaung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Ismail Lutfi mengatakan, tiga struktur bangunan yang tersusun dari batu batu merah itu ditemukan di sisi timur. Ketiganya membetuk bujur sangkar dengan ukuran masing-masing 160 x 160 sentimeter (cm).

Karena formasi tiga struktur tersebut berada di depan bangunan utama candi, ia menduga bangunan itu diperuntukkan wahana dewa-dewa utama.

“Jika melihat sejumlah candi di masa yang lebih tua, baik Jawa Timur maupun Jawa Tengah, ada kecenderungan candi utama ketika dihadang bangunan yang lain berjumlah tiga, itu biasanya diperuntukkan wahana,” katanya dilokasi Situs Gemekan, Minggu (6/2/2022).

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang ini menjelaskan, biasanya pada wahana candi sisi selatan diperuntukkan Dewa Brahma, sisi tengah Dewa Siwa, dan sisi utara Dewa Wisnu. “Ini dugaan kita, karena kita juga belum menemukan data konkretnya,” ujar dia.

Selain itu, dari ekskavasi tahap dua ini tim juga menemukan satu temuan yang cukup penting, yakni sumuran dengan kedalaman 150 sentimeter. Di dalamnya ditemukan sejumlah barang kuno. Misalnya dua keping artefak yang terbuat dari bahan perunggu. Keduanya merupakan satu kesatuan cermin kuno yang disebut dengan Darpana.

Menurut Lutfi, penemuan darpana di dalam sumuran bukanlah sebuah kelaziman seperti pada candi-candi yang lain. Sehingga hal itu mengundang tanda tanya para arkeolog BPCB Jatim. Sebab, pada candi-candi lainya sumuruan adalah tempat peripih.

“Andaikata itu sebuah kelaziman, kenapa ditempat lain tidak ditemukan. Kalau dikatakan tidak lazim, kapan terjadi ada darpana masuk dalam sumuran. Karena darpana termasuk kuno, bukan buatan masa modern. Ini yang manarik,” ungkap dia.

Kemudian, lapisan tanah di dalam sumuran yang terletak di tengah bangunan candi tidak biasa dan terdapat pula batu batu yang rusak. “Ini masih kita kaji, apakah ini ada hubungannya dengan pengerusakan sumuran. Karena kita tahu sebagian dari bangunan ekskavasi ini yang ada barat laut ada pegerusakan sampai pada dinding sumuran,” jelas Lutfi.

Sementara, Ketua Tim Ekskavasi Muhammad Ichwan menambahkan, dari hasil temuan sementara, candi ini lebih dominan mengarah ke aliran Hindu. Hal itu dapat dibuktikan dari temuan tutup pripih yang ada di dalam sumuran.

“Dengan adanya pripih itu kan lazim pada yang beragama Hindu. Karena stupika yang biasanya condong ke Budha tidak kita temukan. Tapi ini hanya dugaan, belum pasti,” pungkasnya.