FaktualNews.co

Gubernur Jatim Sebut Lulusan Pesantren Miliki Skill yang Dibutuhkan Masa Depan

Pertanian     Dibaca : 812 kali Penulis:
Gubernur Jatim Sebut Lulusan Pesantren Miliki Skill yang Dibutuhkan Masa Depan
FaktualNews.co/Moh Muajijin/
Ket foto: Gubernur Khofifah saat berikan sambutan di Ponpes Ploso Kediri

KEDIRI, FaktualNews.co – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut pola pendidikan pesantren menjadikan lulusannya memiliki kemampuan ‘complex problem solving’ yang dibutuhkan di era industri 4.0 dan industri masa depan.

Complex problem solving merupakan skill yang terkait dengan kemampuan memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya dalam dunia nyata.

Dari sepuluh skill yang dibutuhkan dalam era industri masa depan, prosentase kebutuhan tertinggi adalah complex problem solving (36%), sementara social skill (19%) dan process skill (18%).

Menurut Khofifah, pendidikan di pondok pesantren mengajarkan seluruh santrinya mampu memecahkan permasalahan yang kompleks dengan cara-cara yang kreatif. Selain pendekatan science, juga pendekatan religiusitas seperti istikharoh (mohon petunjuk agar ditunjukkan hal yang baik).

“Dalam pendekatan industri masa depan, ‘complex problem solving’ ternyata merupakan kebutuhan tertinggi. Mulai dari kompleksitas masalah, ekosistem yang tiba-tiba berubah, kepastian mencari jawaban, banyak sektor terdisrupsi, ternyata semua hal itu solusinya banyak ditemukan di pesantren,” ujar Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Haflah Ikhtitamiddurus dan Alfiyyah Ibni Malik di Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, Senin (7/3/2022) malam.

Khofifah mengatakan, kemampuan mengatasi masalah yang kompleks didapatkan santri setiap hari melalui berbagai bentuk kajian kitab kuning dan kajian sosial kemasyarakatan serta keagamaan serta istiqomah ibadah yang dilakukan. Yang mana, hal tersebut melatih mereka menghadapi masalah dengan tenang, mengidentifikasi solusi dengan detail dan berpegang teguh pada sisi referensi keagamaan.

“Di pesantren itu ada majelis di mana para kyai dan santri bermusyawarah serta bermunajat. Di sini juga setiap hari secara istiqomah mereka melakukan qiyamul lail, sholat tahajud juga istikharah dan dzikir di sebagian malam, pagi dan siang. Maka, kalau diurai betul, mereka bisa memiliki kemampuan skill ‘complex problem solving’ ini dengan terus mengasahnya tiap hari,” ujarnya.

Maka dari itu, Khofifah mengajak para santri untuk mengamalkan apa yang mereka peroleh di pesantren untuk membina dan menjaga masyarakat, menjaga agama, dan menjaga negara. Sebab, di tengah krisis pandemi dan tantangan ekonomi, apa yang mereka miliki akan sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan kepastian dan ketenangan hidup.

“Memang betul bahwa kita butuh transformasi digital. Tapi bagaimana kita harus menyelaraskan dengan dakwah bil lisan, dakwah bil maal, dakwah bil haal, dan dakwah bil IT. Ini yang kemudian harus kita lakukan berseiring untuk masyarakat, agama, bangsa dan negara,” jelasnya.

Khofifah juga berharap agar pendekatan complex problem solving di pondok pesantren bisa diintegrasikan ke permasalahan hidup masyarakat lainnya. Di mana, orang-orang dapat menyelesaikan masalah dengan metode serupa. Lebih luas lagi dalam mencari solusi berbagai kompleksitas masalah bangsa dan negara.

“Kami di Pemerintahan Provinsi Jatim berihtiar untuk menjalankan keberseiringan berbagai ihtiar profesional birokrasi modern dengan ikhtiar sosial keagamaan (Jatim Berkah) sesuai nawa bhakti Provinsi Jatim. Hasilnya, Alhamdulillah Jatim mengalami penurunan kemiskinan sebanyak 30% dari total penurunan kemiskinan nasional bahkan di masa pandemi 2021. Bahkan, Jatim juga merupakan provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Jawa-Bali,” tutupnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid