JOMBANG, FaktualNews.co – Bencana banjir di Kabupaten Jombang dalam kurun waktu dua hari Kamis-Jumat (10-11/3/2022) akibat intensitas hujan tinggi berdampak sebanyak tujuh wilayah kecamatan. Banjir merendam permukiman milik sekitar 12 juta jiwa tersebar di beberapa desa.
Data tersebut berdasarkan catatan BPBD Jombang, hingga Jumat (11/3/2022) pagi, banjir masih terjadi di Kecamatan Mojowarno, Mojoagung, Sumobito, Peterongan, Tembelang, Ploso dan Kecamatan Kudu, dengan ketinggian air beragam.
“Tujuh Kecamatan tercatat mengalami banjir, update data Jumat (11/3/2022) pukul 12.00 WIB, ini tinggal 6 Kecamatan yang masih tergenang banjir. Untuk Kecamatan Mojowarno sudah surut,” kata Koordinator Penanganan Lapangan BPBD Jombang, Stevie Maria biasa dipanggil Pepy, Jumat (11/3/2022).
Pepy menambahkan, jika dampak adanya banjir di Jombang saat ini membuat puluhan warga harus dilakukan pengungsian agar aman dari bencana tersebut.
“Sementara untuk saat ini jumlah pengungsi masih ada 31 jiwa. Dengan rincian 29 jiwa di Kecamatan Mojoagung, 1 jiwa di Kecamatan Sumobito dan sisanya di Kecamatan Ploso,”tambahnya.
Informasi terkini mengenai ketinggian air yang merendam permukiman warga telah dilaporkan telah terjadi peyusutan. Hanya saja beberapa wilayah masih belum.
“Yang masih parah ini ada di Desa Madiopuro dan Kendalsari, Kecamatan Sumobito. Sedangkan di Kecamatan Ploso, di Desa Jatigedong serta Desa Bakalan Rayung, Kecamatan Kudu,”tuturnya.
Terkait penyebab banjir di beberapa wilayah di Jombang, menurut Pepy akibat curah hujan tinggi yang berdampak pada luapan sungai dan tanggul jebol.
“Banjir ini dari luapan sungai Ring Otok dan Marmoyo, yang disebabkan curah hujan cukup tinggi serta tebalnya sedimen (endapan). Selain itu juga ada beberapa tanggul yang jebol sehingga air masuk ke permukiman warga,” jelasnya.
Pepy mengungkapkan, pihaknya saat ini masih berfokus pada penanganan warga, dan akan melakukan penanganan lanjutan jika dirasa debit air dapat dikendalikan.
“Kami belum bisa melakukan apapun karena saat ini debit air sangat tinggi. Sehingga penanganan apapun yang kami lakukan akan sia-sia. Kami saat ini fokus pada penanganan masyarakat yang terdampak dan pemenuhan hidup warga,” ungkap Pepy memungkasi.