JEMBER, FaktualNews.co – Karena kondisi pupuk bersubsidi langka dan terbatas, sejumlah petani di wilayah Desa Bangsalsari, Kecamatan Bangsalsari memakai pupuk tak bermerek saat memasuki masa tanam. Memang langkah yang dilakukan ini kurang tepat, namun berdalih karena terpaksa, sehingga pemupukan itu tetap dilakukan.
Namun saat masa panen akhir Maret ini, diakui para petani, hasil panen pertanian padi dirasakan baik. Seperti yang diungkapkan salah seorang petani Sugianto, bila dirinya mengakui menggunakan pupuk tak bermerek, namun hasil panennya diakui membuahkan hasil.
“Sebenarnya bukan tidak bermerek, ada namanya. Kalau tidak salah. Itu pupuk setahu saya izin sudah mati, ya anggap belum bermerek. Tapi beruntung saya bisa memupuk saat masa tanam Desember 2021 kemarin. Alhamdulillah hasil tani padi saya baik dan berlimpah,” kata Sugianto saat dikonfirmasi sedang memanen padi di lahan sawahnya, Jumat (25/3/2022).
Untuk pemupukan yang dilakukan, kata Sugianto, karena saat masa tanam itu. Pupuk subsidi dirasakan langka. Sehingga dirinya menggunakan pupuk hasil kreasi dari Kades Bangsalsari. “Ya saya pakai pupuk itu untuk lahan saya seluas 1 hektare.. Apalagi saat itu pupuk subsidi langka, dan pupuk nonsubsidi harganya sampai 4 kali lipat,” katanya.
Untuk pupuk tak bermerek yang dipakai di lahannya itu, lanjut Sugianto, memang tidak dipakai banyak petani. “Hanya kalangan sendiri. Ya karena memang kan izinnya mati. Jadi tidak ingin melanggar aturan. Jadi dipakai hanya beberapa petani, bisa dibilang dipakai kalangan sendiri,” jelasnya.
Diungkapkan Sugianto bila harga pupuk itu murah, dan boleh dibilang hanya mengganti biaya produksi. “Daripada pupuk nonsubsidi yang mahal. Tapi ya Alhamdulillah pupuknya (tak bermerek) asli dan memang hasil panen padi saya melimpah,” sambungnya.
Dengan kondisi menggunakan pupuk tak bermerek itu, Sugianto menambahkan, diharapkan kondisi langkanya pupuk subsidi ataupun persoalan selisih harga pupuk nonsubsidi yang dinilai mahal mendapat solusi yang baik.
“Kami ya terpaksa pakai pupuk tidak bermerek itu. Karena kondisi ini. Sehingga saya berharap, soal pupuk ini ada solusi yang baik. Kalau memang langka, langka yang bagaimana. Tolong dibantu pemerintah ada solusinya,” ujar Sugianto.
Sebelumnya, Sugianto memaparkan bila sebelumnya dirinya menggunakan pupuk Urea, Phonska, cuma karena adanya keterlambatan pupuk bersubsidi dan langka itu sehingga dirinya berinisiatif menggunakan pupuk itu.
Hal senada juga disampaikan petani lainnya Asmuni. Dirinya juga terpaksa memakai pupuk tak bermerek, tapi mengakui mendapat hasil panen yang baik.
“Memang sangat membantu petani terkait adanya pupuk ini. Kemudian manfaat kedua, hasilnya panen kualitasnya bagus. Dan itu sudah saya aplikasikan ke tanaman padi dan gubis di tempat saya Dusun Kedungsuko,” kata Asmuni saat dikonfirmasi terpisah.
Menurutnya, pupuk tak bermerek itu dianggap sebagai solusi. Terkait persoalan pupuk subsidi dan nonsubsidi yang terjadi saat ini.
“Selain Pak Sugianto dan saya, ada teman-teman petani lain yang pakai. Kurang lebih luas lahan 4 hektare yang pakai pupuk itu. Ini menurut saya solusi terkait persoalan pupuk,” katanya.