Sopir Jatim Bantah Truk ODOL Picu Jembatan Ngaglik I di Lamongan Runtuh
SURABAYA, FaktualNews.co – Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali menuding, runtuhnya Jembatan Ngaglik I di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Lamongan, karena sering menahan beban berat truk Over Dimension Over Load (ODOL) yang melintas.
Namun tudingan ini baru dugaan awal karena BBPJN Jatim-Bali masih menginspeksi penyebab runtuhnya jembatan yang dibangun tahun 1993 tersebut.
“Informasinya ada truk yang melintas, muatan berlebihanlah. Jadi dipicu karena itu, tapi ini masih dugaan awal karena tim masih menginspeksi,” tandas Ahsan Ashari selaku Subkor dan Kompu BBPJN Jatim-Bali, Rabu (30/3/2022) kemarin.
Merespon tudingan itu, Supriyono selaku penanggungjawab Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) dengan tegas membantah. Ia mengatakan, pihak BBPJN Jatim-Bali tidak mempunyai alasan selain mengkambing hitamkan truk ODOL sebagai biang keladi runtuhnya jembatan.
Padahal menurutnya, banyak faktor yang menjadi pemicu, seperti masalah konstruksi bangunan hingga faktor tanah yang menopang kaki jembatan.
“Sudah dari zaman dulu unit-unit yang dipersalahkan terkait kerusakan infrastruktur, baik jalan maupun jembatan, mesti tuduhannya truk ODOL. Karena mereka itu tidak punya alasan lain terkait konstruksi maupun kontur jalannya. Mereka tidak pernah mengecek benarkah jalan itu sudah sesuai spek. Karena kontur tanah pun akan berpengaruh,” ujar Supriyono, Kamis (31/3/2022).
Pria yang akrab disapa Gus Pri ini lantas menengarai runtuhnya Jembatan Ngaglik I di Lamongan disebabkan oleh konstruksi yang gagal karena tidak sesuai dengan spesifikasi bangunan, terutama pada bagian bawah jembatan. Atau kemungkinan juga dikatakannya, akibat pergeseran permukaan tanah tempat kaki jembatan berpijak.
Kalau pun karena truk ODOL, Gus Pri lantas mempertanyakan mengapa kerusakan justru terjadi pada waktu sekarang ini, tidak ketika saat truk ODOL melintas.
“Kalau sekali lewat terus ambrol, okelah kita tertuduh gara-gara truk ODOL kan. Tapi jembatan itu sudah berapa lama (dilintasi)? Nah kalau sudah berapa lama itu berarti kapasitas (truk) sudah (sesuai),” katanya.
Gus Pri lantas membandingkan dengan kendaraan lain yang membawa muatan seperti tronton pengangkut semen maupun besi baja yang sering ditemukan melintas diatas jembatan Ngaglik I di Lamongan.
Meski barang yang dibawa tidak melebihi daya angkut kendaraan sehingga bukan tergolong truk ODOL, namun beban yang diangkut jauh melebihi berat truk ODOL.
“Tapi mengapa mereka tidak mau menuduh (truk) Semen Gresik itu, yang paling banyak lewat di situ. Lah ini kan menjadi problem tersendiri,” tandasnya.
Oleh karena itu, ia tidak setuju bila truk ODOL terus-terusan menjadi sasaran atas kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan.
Gus Pri pun meminta supaya semua pihak berhenti mengkambing hitamkan truk ODOL dan menjadikan runtuhnya Jembatan Ngaglik I di Lamongan sebagai alasan perlunya memberantas truk-truk ODOL di tahun 2023.
“Padahal mereka (pemerintah) ini lari-lari, cuci tangan dengan keadaan KIR yang semrawut, KIR yang palsu, KIR yang tidak tembus. Jual beli SRUT hari ini begitu marak, sekarang ditutupi dengan normalisasi (kendaraan) di 2023 dan jembatan ambles gara-gara truk ODOL,” pungkasnya.