FaktualNews.co

Momen Ramadan, Jamaah Maiyah Sinau Stunting Bareng Cak Nun di Mojokerto 

Kesehatan     Dibaca : 916 kali Penulis:
Momen Ramadan, Jamaah Maiyah Sinau Stunting Bareng Cak Nun di Mojokerto 
FaktualNews/Muhammad Lutfi Hermansyah/
Foto : Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun memberikan ceramah dalam acara sinau bareng di Pondok Pesantren (Ponpes) Segoro Agung, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jum'at (15/4/2022). 

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Ribuan Jamaah Maiyah mengikuti sinau bareng intelektual Muslim Indonesia Muhammad Ainun Nadjib atau yang kerap disapa Cak Nun di Pondok Pesantren (Ponpes) Segoro Agung, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jum’at (15/4/2022) malam.

Acara yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur (Jatim) itu bertepatan dengan malam ke lima belas bulan Ramadan.

Kegiatan ini dihadiri sejumlah penjabat. Diantaranya, Deputi ADPIN BKKBN Pusat, Bapak Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto Ainy Zuhroh, pengasuh Ponpes Segoro Agung KH Bimo Agus Sunorno, dan jajaran Forkopimda Kabupaten Mojokerto.

Lantunan Sholawat dengan iringan grup musik Kiai Kanjeng mengawali kegiatan ini. Kemudian Cak Nun langsung bertindak menyapa jamaah Maiyah dan memberikan ceramah dengan gaya khas dan celetukannya sambil berdiri.

Di tengah pemaparannya, Cak Nun memberikan kesempatan Deputi ADPIN BKKBN Pusat, Sukaryo Teguh Santoso menyampaikan terkait dengan stunting.

Dikatakannya, masalah stunting adalah salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-anak yang masih menjadi perhatian besar, khususnya anak-anak di negara terbelakang dan negara berkembang. Stunting sendiri merupakan masalah tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tinggi badan anak yang rendah atau pendek.

“Sekarang ini satu dari empat balita yang ada di Indonesia mengalami stunting. Stunting itu bayi pendek. Namun tidak semua balita pendek itu stunting. Kalau stunting itu pasti pendek,” kata Sukaryo, Jum’at (15/4/2022).

Yang membedakan adalah penyebab pendeknya bayi tersebut. Gangguan stunting diakibatkan, oleh kekurangan asupan gizi dan nutrisi selama dalam masa kandungan.

Masalah stunting atau anak yang kerdil tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ, rentan infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan fungsi hidup di masa depan. “Menurut para ahli IQ-nya 10 sampai 15 poinnya dibawah IQ yang normal, balita stunting juga akan rentan terserang penyakit tertentu,” ungkap Sukaryo.

Oleh karena itu, Sukaryo meminta masyarakat melakukan berperan aktif mencegah stunting. Menurutnya, banyak faktor yang dapat mencegah anak mengalami stunting. Namun yang terpenting terdapat tiga hal. Yakni, Pertama, tiga bulan bagi pasangan yang hendak menikah wajib memeriksa kadar zat besi dan kondisi kesehatan tubuh. Kedua, bagi ibu hamil wajib memeriksa secara rutin kandungannya.

Dan ketiga, bagi yang telah melahirkan wajib memberikan baginya air susu ibu (ASI) selama 6 bulan tanpa diselingi makanan lainnya. Sampai usai 2 tahun, bayi diberikan makanan tambahan.

Sukoryo menambahkan, pengetahuan ini sudah dapat dipelajari di setiap Puskesmas atau ke para kader kesehatan desa.

“Ilmu ini semua ada puskesmas semua, para kader sudah tahu, saya hanya sekedar mengingatkan saja,” ujarnya.

Selanjutnya, Kegiatan dilanjutkan diskusi terkait stunting yang dimoderatori oleh Suko Widodo, Dosen Universitas Airlangga Surabaya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid