JEMBER, FaktualNews.co – Sebanyak tujuh paguyuban seni Reog Ponorogo di Jember, menggelar pagelaran seni di samping Pendapa Wahyawibawagraha, Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Patrang, Sabtu (16/4/2022) malam.
Pentas seni yang digelar sejak pukul 20.00 WIB berlangsung hingga pukul 24.00 WIB dini hari. Menurut korlap aksi, Nuh Iswan Zunari sebagai bentuk protes dan mengetuk nurani pemerintah agar segera menegaskan status Reog Ponorogo sebagai kesenian asli Indonesia.
“Saya membawa anak-anak sanggar khususnya wilayah Kabupaten Jember ini, intinya kan selama ini Reog diakui negara tetangga (Malaysia). Padahal yang saya tahu, para TKI dulu ke negara Malaysia itu orang Ponorogo membawa reog ke sana,” kata Iswan saat dikonfirmasi di sela gelaran seni reog kepada sejumlah wartawan.
“Seperti saya di Sukowono yang notabene orang Madura. Tapi saya membawa seni reog ke Sukowono dan (gelaran seni yang dilakukan), karena saya kangen Ponorogo. Tidak harus ke Ponorogo untuk mengobati kangen itu untuk bisa main reog,” sambung pria yang juga pemilik sanggar seni Reog di Kecamatan Sukowono itu.
Dikatakan Iswan, bentuk klaim yang dilakukan negara Malaysia, memang diketahuinya berbeda nama.
“Versinya di sana itu lain. Karena itu barongan kan (nama keseniannya). Tapi intinya di dalam tubuh (kesenian) barongan itu sendiri ada dada merak, kepala harimau, seperti itu,” ungkapnya.
Sehingga pihaknya sebagai orang Indonesia dan warga asli Ponorogo, tidak terima dengan klaim yang dilakukan bangsa dan negara lain.
“Kita tidak terima, karena saya kecil bisa (kesenian reog) di Ponorogo. Kalau Reog memiliki nilai dan kisah dari cerita Batoro Katong, dari cerita Ageng Mirah, dan yang lain-lain itu ya dari ponorogo. Bukan dari Malaysia,” tegasnya menjelaskan.
Dengan adanya pagelaran seni di Jember, lanjutnya, dan di daerah-daerah lain. Kata Iswan sebagai bentuk solidaritas dan penegasan soal kepedulian terhadap kesenian Reog Ponorogo.
“Keinginan seniman reog, saya mewakili seniman reog se Indonesia. Sekiranya untuk (seni) reog segera didaftarkan ke Unesco, supaya gol milik Indonesia. Supaya reog menjadi budaya asli Indonesia. Ditegaskan dengan bukti-bukti sejarah, dan penjelasan soal asal usul kesenian reog memang asli Indonesia,” tandasnya.
Dari pantauan wartawan di lokasi pagelaran seni Reog Ponorogo di Jember. Tampak para seniman dari tujuh paguyuban menampilkan topeng singa yang akrab dipanggil Dadak Merak berjumlah 11.
Dalam penampilan kesenian reog itu, digelar langsung para seniman muda Jember. Dengan tari-tarian dan penampilan atraktif dari Dadak Merak.
Salah seorang seniman muda reog, Noval bahkan sempat melakukan orasi soal bentuk protes terhadap klaim yang dilakukan negara lain.
“Reog adalah milik bangsa Indonesia. Asli kesenian Indonesia. Tidak boleh semena-mena dikuasai bangsa lain. Aksi solidaritas kesenian reog ini, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kesenian reog adalah asli dari Indonesia. Allahu akbar.. Allahu akbar. Merdeka,” ucapnya berteriak lantang.
Dalam aksi orasinya itu, Noval juga mengajak para seniman lain menyanyikan lagu Tanah Air Beta. Dengan diiringi tabuhan gendang dan musik khas kesenian Reog Ponorogo.
Namun sayangnya dalam gelaran seni tersebut. Meskipun digelar di samping Pendapa Wahyawibawagraha. Tidak tampak Bupati Jember, Hendy Siswanto datang untuk memberikan dukungan moril kepada para seniman.
Menurut informasi dari petugas Satpol PP Pemkab Jember, yang enggan disebutkan namanya. Bupati di dalam pendapa sedang menggelar rapat internal dengan para kepala OPD.
“Bapak (Bupati Jember) sedang rapat di dalam. Jadi tidak bisa menemui para seniman mas,” ujarnya.