Peristiwa

Tradisi Petolekoran, Pusat Perbelanjaan Kota Probolingggo Diserbu Warga Pulau Gili Ketapang

PROBOLINGGO, FaktualNews.co-Tak seperti biasanya, pusat perbelanjaan di Kota Probolinggo diserbu pembeli, Jumat (29/04/22). Karena tak hanya warga kota, warga Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kebupaten Probolinggo, datang untuk berbelanja kebutuhan sandang untuk Lebaran.

Aksi serbu toko, supermarket, dan pusat perbelanjaan terjadi setiap tahun, terutama tiga hari menjelang Lebaran. Mereka menyebut tradisi Petolekoran yakni kebiasaan berbelanja ditanggal 27 Ramadan setiap tahun. di tradisi petolekoran hampir seperempat warga Pulau Gili berbelanja di Kota Probolinggo.

Muhammad Yusuf (25), yang dating bersama tiga rekannya menyatakan, tradisi petolekoran sudah berlangsung sejak nenek moyangnya. Tradisi seperti itu hingga kini masih dijalani dan terpelihara, namun tidak seperti dulu. “Tidak seperti dulu. Kalau dulu, kan bersama-sama, Kalau sekarang ada yang berbelanja kemarin. Besok juga ada,” ujarnya.

Hanya saja berbelanja pas tanggal 27 Ramadan lebih banyak dibanding tanggal-tanggal sebelum dan sesudahnya. Tak hanya orang tua, ramaja, bahkan sampai balita ikut diajak oleh orang tuanya.  Mereka menyerbu toko pakaian, sandal dan sepatu. “Membeli baju baru untuk Lebaran. Tradisi seperti ini sulit dihilangkan,” katanya.

Dijelaskan, tiga hari menjelang lebaran, aktivitas masyarakat Gili smemancing atau mencari ikan libur sampai 7 hari usai Idulfitri. Waktu 3 hari dimanfaatkan persiapan perayaan Idulfitri, sedang 7 hari usai lebaran digunakan untuk anjang sana atau bersilaturahhim dengan keluarga dan tetangga. “Jadi 10 hari kami libur tidak mencari ikan. Ya, demi Lebaran,” tambahnya.

Menurutnya, ada sekitar 6 sampai 7 ribuan dari jumlah penduduk sekitar 10 ribuan, warga Gili saat ini menyerbu pusat perbelanjaan. Sisanya, sekitar 3 ribu tinggal di rumah dan rata-rata sudah berbelanja ditanggal sebelumnya. “Ya ribuan yang ke sini. Naik perahu penyeberangan. Pulangnya nanti sore. Kalau belum dapat, ya pulang malam,” tandasnya.

Yusuf bersama tetangganya tidak langsung masuk ke pusat perbelanjaan. Mereka beristirahat sebentar untuk memberi kesempatan pada warga lain, terutama yang lebih tua dan anak-anak. “Kami istirahat dulu. Ramai di dalam toko. Kasihan sama yang tua dan anak-anak. Kami belanja belakangan saja. Pulangnya ya malam nanti. Kalau petolekoran, meski malam kapal masih ada,” pungkasnya.