FaktualNews.co

Cerita Tim Rescue Tantular Kediri Evakuasi Lebah dan Ular Berbisa

Sosial Budaya     Dibaca : 467 kali Penulis:
Cerita Tim Rescue Tantular Kediri Evakuasi Lebah dan Ular Berbisa
FaktualNews.co/moh muajijin
Agus Khanifa Mughni saat mempraktikkan evakuasi sarang tawon vespa

KEDIRI, FaktualNews.co – Melakukan evakuasi terhadap sarang lebah dan ular berbisa, tentu suatu hal yang sulit atau menakutkan bagi sebagian orang, jika mereka tidak memiliki keahlian khusus.

Namun hal tersebut bukan hal sulit bagi Tim Rescue Tantular asal Kabupaten Kediri.

Meski Tim Rescue Tantular memiliki keterbatasan alat pelindung diri, namun itu bukan menjadi alasan utama. Karena tim yang beranggotakan Banser ini melakukan dengan sukarela demi memberikan keselamatan bagi orang lain.

Ketua Tin Rescue Tantular Agus Khanifa Mughni mengatakan, keahlian menangani sarang lebah atau tawon dan ular berbisa didapat, saat ia merantau dan kelapa sawit di wilayah Jambi.

Mengevakuasi sarang tawon dan ular berbisa merupakan sesuatu yang tidak mudah.

“Di Jambi saya ikut orang bekerja sekitar 3 tahun. Di sana saya juga bekerja sambil belajar lihat orang evakuasi sarang tawon dan ular berbisa,” kata Agus Khanifa Mughni saat temui di rumahnya di Desa Keling Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Sabtu (21/5/2022).

Melihat evakuasi itu, membuat pria berusia 35 tahun ini tertarik dan tertantang untuk evakuasi sarang tawon dan ular biasa. Dengan keaktifannya menjadi anggota Banser Kabupaten Kediri bersama temannya, akhirnya mengusulkan untuk mendirikan Tim Rescue Tantular yang memiliki anggota sekitar 50.

“Tujuan dibentuknya tim ini untuk membantu orang. Karena kebanyakan masyarakat bingung apabila ada sarang tawon atau ular berbisa di lingkungan rumah,” imbuh Mugni.

Mughni menambahkan, masyarakat yang membutuhkan jasa Tim Rescue Tantular hanya bisa menghubungi lewat nomor telepon. Kemudian, laporan itu direspon oleh tim untuk dilakukan penanganan.

Dalam evakuasi sarang tawon itu dilakukan pada malam hari karena untuk mengambil sifat tawon yang lebih memiliki sifat pasif.

“Alasan evakuasi malam hari itu karena kalau pagi sampai sore hewan itu masih ada yang keluar dan belum kembali ke sarangnya,” ucapnya.

Dia menjelaskan, tim melakukan evakuasi tawon maupun ular berbisa tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), melainkan hanya memakai pakaian lengan panjang dan kaca mata ataupun helm.

Meski demikian, ia menyebutkan jika menangani ini menginginkan pakaian alat pelindung diri, namun karena harganya mahal sehingga memakai dengan alat seadanya.

Walaupun begitu, rasa semangat tim tidak pernah surut dan tetap mengutamakan keselamatan yang harus dijaga.

“Kalau biaya evakuasi kita lakukan secara relawan. Jadi kalau ada yang memberi kita terima dan dibagi bersama dengan, kalau tidak ada juga tidak apa-apa,” Imbuhnya.

Selama ini, dalam satu bulan, rata-rata Tim Rescue Tantular melakukan evakuasi sekitar 10 hingga 15, mulai dari sarang tawon maupun ular berbisa.

Jenis tawon kebanyakan selama ini hanya vespa di sekitar rumah warga. Sedangkan ular berbisa ada seperti ular hijau ekor merah, kobra jawa, dan piton.

“Secara pengalaman tim juga pernah tersengat tawon dan digigit ular berbisa. Tapi hal itu tidak sampai fatal,” bebernya.

Bagi Mugni, ancaman gigitan ular dan tersengat tawon ketika evakuasi merupakan hal biasa yang dialami oleh Tim Rescue Tantular. Karena itu, maka dapat dijadikan pengalaman dan harus lebih hati-hati serta waspada ketika melakukan evakuasi.

“Sebenarnya ada yang unik selama ini karena ada laporan yang diberikan seperti foto sarang tawon di rumah kelihatan kecil. Tapi ketika didatangi ternyata rumahnya besar,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah