MOJOKERTO, FaktualNews.co – Kelompok Khilafatul Muslimin yang dipimpin Abdul Qodir Hasan Baraja telah menyebar luas di sejumlah daerah di Indonesia.
Abdul Qodir Hasan Baraja sendiri telah diamankan Polda Metro Jaya pasca viral video rombongan konvoi sembari menuliskan “Kebangkitan Khilafah” dengan disertai bendera bertuliskan arab di Cawang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Sehingga, kelompok ini diduga bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia.
Ternyata, kelompok Khilafatul Muslimin itu juga memiliki sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) di wilayah Kabupaten Mojokerto. Ponpes tersebut bernama Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyyah (PPUI) Khilafatul Muslimin.
Ponpes itu terletak di Dusun Pandanrejo, Desa Simbaringin, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto. Muhammad Nursalim, seorang pemuda berusia 24 tahun berasal dari Lampung diberi mandat sebagai pengasuhnya.
Meski pimpinanan kelompok Khalifatul Muslimin telah ditangkap, Ponpes itu masih beraktivitas secara normal. Kegiatan keagamaan dan belajar mengajar pun masih berjalan normal.
Muhammad Nursalim tidak tahu secara pasti sejak kapan Ponpes itu berdiri di Mojokerto. Karena dirinya baru satu tahun diamanahi menjadi pengasuh oleh pihak yayasan menggantikan pengasuh sebelumnya.
“Saya tidak tahu berapa lamanya. Tapi Saya disini kurang lebih satu tahun,” katanya saat berbincang dengan FaktualNews.co di PPUI Khalifatul Muslimin, Senin (13/6/2022).
Ia mengakui, Ponpes PPUI Khalifatul Muslimin masih ada kaitannya dengan kelompok Abdul Qodir Baraja. Hanya saja, menurut dia secara legalitas tergabung dalam yayasan Ukhuwwah Islamiyyah yang ada di Bekasi.
“Itu (Abdul Qodir Baraja) Khalifahnya. Lah ini salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikannya,” jelas Nursalim.
Kini, total santri sebanyak 24 santri dari berbagai daerah. Mulai dari umur 6 sampai 9 tahun. Sedangkan gurunya terdapat 12 orang. Semua santri dan gurunya bermukim di Ponpes.
“(santri) Ada dari Sidoarjo, Surabaya, Gresik ada dan ada satu yang dari Madura. 12 guru, laki-laki dan perempuan.
Ponpes PPUI Khalifatul Muslimin tidak memiliki lembaga pendidikan formal. Namun para santri tetap ada proses belajar mengajar meski tidak memiliki kurikulum khusus. Yang paling diunggalkan adalah hafalan Alquran.
“Belajar membaca ada, matematika, tapi banyak materi pondoknya. Sebenarnya ini pendidikan dari yayasan, bukan seperti pendidikan kayak di umum. Ini ya sebisanya gurunya yang mengajar. Tidak formal,” ungkap ayah dari dua anak itu.
Dikabarkan, aparat Polda Metro Jaya menangkap Menteri Pendidikan Khilafatul Muslimin berinsisial AS (74) dikabarkan di Mojokerto, Jawa Timur pada Senin (13/6/2022) sekitar pukul 00.30 WIB.
Terkait hal ini, Nursalim tidak mengaku tidak mengetahui sosok berinisial AS. Bahkan ia mengatakan tidak ada sosok AS di Ponpesnya.
“Saya saja juga baru dengar ada penangkapan. Setahu tidak ada nama itu disini (AS). Bisa ditanyakan ke warga juga semalam tidak ada apa-apa disini. Tidak tahu lagi kalau ditempat lain,” tuturnya.
Ia menambahkan, selama dua hari terakhir beberapa aparat kepolisian dan TNI datang ke Ponpesnya untuk meminta keterangan berkaitan dengan kelompok Khalifatul Muslimin.
“Polisi Polsek Kutorejo dan TNI dua hari ini datang, ya tanya-tanya gitu sama,” kata dia memungkasi.