FaktualNews.co

Temuan Benda Kuno pada Dua Desa di Jombang Diduga Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sosial Budaya     Dibaca : 557 kali Penulis:
Temuan Benda Kuno pada Dua Desa di Jombang Diduga Peninggalan Kerajaan Majapahit
FaktualNews.co/istimewa
Benda kuno yang pernah ditemukan di Desa Kedaton, Diwek, Jombang.

JOMBANG, FaktualNews.co – Beberapa temuan benda kuno pada dua desa di Jombang, yakni Desa Kedaton, Kecamatan Diwek dan Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro, oleh ahli diduga peninggalan era Kerajaan Majapahit.

Dikatakan demikian, karena sejumlah temuan tersebut diperkirakan ada pada abad ke 14-15 Masehi.

Adapun benda kuno yang pernah ditemukan itu seperti struktur bata, pecahan gerabah, gentong, dan benda-benda lainnya. Bahkan juga pernah ditemukan sebuah benda tameng.

Salah satu warga Kedaton yang pernah menemukan benda kuno, Zainuri (61) mengaku melihat sejumlah benda asing lebih dari satu item. Ia pernah menemukan benda guci, lumpang, hingga pipisan pada tahun 2009-2010 silam.

“Sepertinya ada bangunan, banyak batu-batu seperti di plester gitu. Kira-kira ada 30 sumur dan berjarak sekitar lima meter antara satu sumur dengan sumur lainnya,” katanya (30/5/2022) lalu.

Seiring berjalannya waktu, diduga pria ini tidak mengetahui persis benda temuan yang dimaksud, karena dirasa antik ia pun menjualnya.

“Sering (dijual), tapi nggak seberapa mahal. Ada yang laku Rp 100 ribu, 50 ribu, Rp 25 ribu. Ya mangkuk, kendi gitu. Kalau perhiasan, saya pernah menemukan seperti rantai tapi lampu. Saya diberi uang Rp 150 ribu,” ungkapnya.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur saat ditemui beberapa waktu lalu mengatakan, di Desa Kedaton dan Sugihwaras, berdasarkan temuan benda kuno diperkirakan buatan abad ke-14 Masehi.

“Jadi kalau dari artefak yang sudah ditemukan, itu memang lebih cenderung ke arah sana, walaupun tidak menutup kemungkinan pemanfaatannya bisa dimulai pada abad sebelumnya,” terangnya, (7/6/2022).

Menurutnya jika dalam suatu obyek temuan, ditemukan material yang besar tidak menutup kemungkinan pembuatan tidak dapat instan.

“Karena memang kita harus pahami, satu produk budaya, apalagi yang material besar, itu tidak mungkin tiba-tiba jadi,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan mengenai nama ‘Kedaton’ bukan penamaan biasa, namun memiliki makna yang besar.

“Karena kata Kedaton, itu kosakata dasarnya adalah datu, mendapat ke dan an, ke-datu-an. Sama dengan ratu, ke-ratu-an. Artinya, secara kebahasaan, itu bisa berarti adalah tempat tinggal ratu, atau paling tidak terkait dengan ratu,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah