Tekad Remaja 14 Tahun Asal Probolinggo Lolos ke Eropa untuk Belajar Balapan
PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Usianya memang masih belia yakni, baru 14 tahun. Namun remaja yang tinggal di jalan Cokro Kelurahan Kebonsari Kulon, KecamatanK anigaran, Kota Probolinggo ini, sudah memboyong segudang prestasi dan penghargaan.
Terakhir, remaja yang diberi nama Hafizd Fahril Rasyadan oleh kedua orang tuanya ini, finish diurutan ke 6, pada ajang seleksi Idemitsu Blue CRU Yamaha Sunday Race Sentul International Bogor, yang digelar
pada 18 dan 19 Juni 2022 minggu lalu.
Ajang seleksi untuk meraih tiket ke Eropa tersebut, merupakan putaran perdana. Tinggal 3 balapan lagi yang harus dilakoni, dari 4 putaran yang harus dan wajib diikuti para pembalap. Saat ditemui di sekolahannya, SMPN 10 Kota Probolinggo, Hafidz Fahril Rasyadan berharap, berada diperingkat dua.
Mengingat, hanya ada 2 pembalap yang akan diberangkatkan ke Eropa untuk mengasah kemampuannya dibidang race atau balapan. Di negeri bersalju tersebut, 2 bembalap akan bertemu dengan pambalap lain dari berbagai Negara, guna mendalami ilmu dan teknik mengaspal di jalan.
“Dua pembalap yang akan ke Eropa. Mudah mudahan anak saya, nyantol,”
kata Imron Hamzah, orang tuanya, Rabu (22/06/22).
Jika remaja yang biasa dipanggil Rasyadan tersebut berada di Eropa, tentunya akan meninggalkan keluarga dan SMPN 10. Imron tidak akan menggandoli keinginan putra sulungnya, bahkan akan mensupport dengan
segala kekuatannya.
“Demi mengejar prestasi, bagi kami sekeluarga tidak ada masalah. Disana Rasya kan bisa sekolah seperti di sini,”
tandasnya.
Imron kemudian menceritakan hal-ikhwal sehingga anaknya mengaspal ditingkat nasional. Diceritakan, Rasyadan memulai balapan sejak usia 6 tahun ikut turnamen balapan sepeda BMX. Ia kemudian mengikuti profesi yang digeluti pamannya yakni, Deni Triyugo yang sudah menyandang
pembalap Asia.
“Ikut jejak om-nya. Kakak saya. Tapi sudah almarhum, meninggal tahun 2014 lalu,” ungka Imron.
Karir anaknya dimulai dari usia 7 dengan mengikuti balapan tingkat lokal. Prestasi yang diraih membuat karir Rasyadan terus menukik hingga provinsi Jawa Timur meningkat ke jenjang Nasional. Kini siswa
kelas 8 di SMPN 10 tersebut bernaung di sebuah club di Kota Surakarta
atau Solo.
“Awalnya, ya dibiayai dan dimenejemi sendiri. Sekarang sudah ikut club profesional di Solo,” katanya
Sementara itu, kepala SMPN 10 Aris Tantomas mendukung penuh cita-cita
Rasyadan. Ia juga meminta maaf kepada keluarga Rasya, karena tidak bisa mendukung materil berupa sumbangan dana. Mengingat, di sekolahnya tidak ada anggaran untuk itu.
“Kami hanya bisa mensupport dengan cara
kami. Mendoakan dan memberi kesempatan untuk terus mengejar karir dibidang balapan,” katanya.
Terhadap pelajaran, pihak sekolah akan bersikap fleksibel. Kepala sekolah akan berkoordinasi dengan guru kelas atau guru pengajar, jika Rasya ada kegiatan perlombaan yang harus diikuti.
“Untuk pelajaran sekolah kan bisa diatur. Kita fleksibel kok. Kami akan berkoordinasi
dengan para guru. Bisa kan sekolah dengan cara daring (online). Misalnya memberi tugas kepada Rasya,” pungkasnya.