SURABAYA, FaktualNews.co – Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Herlina Harsono Njoto menjadi salah satu pemateri dalam sosialisasi kurikulum merdeka di Surabaya. Kegiatan yang digelar Dinas Pendidikan (Disdik) kota Surabaya di SMPN 1, Jalan Pacar, Surabaya itu diikuti para guru-guru dan Kepala SMP Negeri hingga Swasta di Kota Pahlawan.
Ditemui usai acara, Herlina mengatakan, kurikulum merdeka itu merupakan rangkaian dari kebijakan Merdeka Belajar, kurikulum merdeka dan platform merdeka belajar yang telah dicetuskan pada 11 Februari 2022.
“Kurikulum belajar merdeka ini akan menjadi kurikulum yang mengoptimalkan kompetensi, bakat, dan minat siswa untuk belajar secara mendalam,” jelas Herlina.
Dalam pengaplikasiannya, kurikulum merdeka akan berpacu pada konten yang dibuat oleh pengajar agar peserta didik memiliki banyak waktu untuk menguasai materi pelajaran diluar sekolah.
“Kurikulum akan berpacu pada penguasaan materi siswa dengan memberikan konten, sehingga siswa tak hanya belajar didalam kelas, melainkan juga bisa mendalami materinya saat dirumah,” imbuh dia.
Herlina juga mengatakan, rencananya penerapan kurikulum merdeka akan di ujicobakan pada 2022/2023, namun tetap dengan pertimbangan kesiapan masing-masing lembaga pendidikan.
Nantinya, Pemkot juga akan memberikan angket untuk membantu lembaga pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya untuk menjalankan kurikulum merdeka.
“Ini kita menyasar seluruh pendidik dan tenaga pendidik di Surabaya agar mampu menerapkan kurikulum tersebut, jika belum Dinas Pendidikan akan menyiapkan angket untuk menjadi salah satu pertimbangan lembaga itu mampu atau belum,” terangnya.
Nantinya, Dinas Pendidikan juga diharapkan melakukan monitoring pada proses penerapan kurikulum merdeka di setiap sekolah di kota Surabaya.
“Sebelumnya adalah kurikulum 13, dengan kurikulum baru (kurikulum merdeka) tentunya sekolah akan perlu melakukan penyesuaian, Dispendik harus menjadi support sistem bagi sekolah-sekolah agar penerapan kurikulum merdeka bisa berjalan dengan baik dan anak didik kita mendapatkan hasil yg optimal,” tutup dia.
Perbedaan Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka:
Dengan begitu, penerapan Kurikulum Merdeka di tingkat PAUD/TK adalah dengan mengajak anak bermain sambil belajar, tidak terlalu berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Di tingkat SD, ada beberapa perbedaan dalam hal mata pelajaran (mapel) pada penerapan Kurikulum Merdeka. Di antaranya adalah penggabungan mapel IPA dan IPS menjadi satu (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), serta menjadikan bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mapel muatan lokal (mulok) sebagai mapel pilihan.
Misalnya, mapel Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) menjadi mapel wajib. Pada kurikulum sebelumnya, mapel ini hanya sebagai pilihan. Maka, kelak di semua jenjang SMP, wajib memiliki mapel Informatika.
Berikut tiga keunggulan Kurikulum Merdeka: