TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Kasus kematian hewan ternak akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) antara data Pemkab Tulungagung dengan realitas di lapangan tidak sesuai.
Pemkab Tulungagung mencatat hanya 26 ekor ternak mati akibat PMK. Sedangkan kasus ternak mati akibat PMK di Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo saja telah mencapai 175 kasus, (06/07/2022).
Peternak Desa Penjor, Suwarno (66) mengatakan, berdasarkan data yang telah dikumpulan, total populasi ternak sapi perah di Desa Penjor berkisar 4.000 ekor. Dari jumlah itu 2.981 sapi perah terpapar PMK dari 466 kandang.
“Sedangkan untuk kasus kematian sapi perah di Desa Penjor saat ini sudah mencapai 175 ekor. Dari jumlah itu, 82 sapi perah telah dipotong paksa,” tuturnya.
Suwarno menjelaskan, kasus kematian ternak akibat PMK ini tidak sesuai apa yang dipaparkan dari data Pemkab Tulungagung.
Bahkan saat ini, hampir 50 persen populasi sapi perah di Desa Penjor mengalami penurunan. Setidaknya dalam satu bulan terakhir ini kasus PMK di Desa Penjor mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
“Dampaknya produksi susu Desa Penjor mengalami penurunan, dari 15 Ton per hari kini menjadi 600 liter per hari. Salain itu, peternak juga kesulitan untuk mengakses obat serta petugas kesehatan. Bahkan ketika peternak mencoba menghubungi petugas kesehatan tidak ada respon sama sekali,” jelasnya.
Menurut Suwarno, karena saat ini harga obat mahal dan tidak ada pengobatan gratis dari Pemkab Tulungagung, para peternak hanya mengandalkan pengobatan secara swadaya.
Selain itu, karena tidak mampu membeli obat, peternak juga hanya bisa memberikan obat tradisional seperti kunir, temulawak dan suruh.
“Selain itu para peternak juga selalu menjaga kebersihan kandang, Bahkan setiap kali sapi kencing itu langsung dibersihkan menggunakan kain lap,” tegasnya.
Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo memaparkan, saat ini kasus PMK sudah merambah ke 18 kecamatan di Tulungagung. Pihaknya juga akan meningkatkan kerja penyuluh serta bantuan obat kepada peternak.
“Kami akan anggarkan untuk penanganan PMK seiktar Rp 700 Ribu untuk kebutuhan obat ternak. Saat ini kondisi Tulungagung sudah masuk ke dalam bencana wabah PMK,” paparnya.
Disinggung soal perbedaan data kasus kematian ternak akibat PMK di Tulungagung, Maryoto mengungkapkan akan segera melakukan evaluasi terkait data kematian ternak akibat PMK di Tulungagung. Selain itu, bagi peternak yang kehilangan hewan nantinya juga akan diberikan santunan oleh kementerian.(Hammam)