SITUBONDO, FaktualNews.co – Komisi II DPRD Situbondo, menilai Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Situbondo tidak serius menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Akibatnya ribuan ekor sapi terjangkit wabah PMK.
Berdasarkan informasi ribuan ekor sapi milik warga Situbondo mati akibat terpapar PMK. Namun data dari Disnakan Situbondo tertanggal 12 Juli 2022 lalu, tercatat hanya 6 ekor sapi yang mati, sapi yang terjangkit sebanyak 3.131 ekor. Sehingga jumlah total kasus PMK mencapai 3.414 ekor.
“Saya heran dengan data dari Disnakan Situbondo, yang mati akibat PMK itu sudah ribuan, yang sakit sudah puluhan ribu. Tapi kok data yang ditulis yang mati hanya 6 ekor,” ujar Suprapto, anggota Komisi II DPRD Situbondo, Kamis (14/7/2022).
Menurut dia, seharusnya Disnakan Situbondo memberikan data valid dalam kasus PMK,
jangan hanya ingin terlihat baik, fakta yang terjadi di lapangan ditutupi. Sebab hal ini akan merugikan masyarakat peternak dan bahkan berpotensi menimbulkan konflik antara peternak dan pemerintah setempat, karena ketidaksesuaian data.
“Saya menilai Disnakkan terkesan menutupi fakta supaya dianggap berhasil. Padahal kalau untuk serius mengatasi wabah ini, harus dengan data valid, agar tidak memunculkan konflik di tengah masyarakat peternak,” bebernya.
Politisi PKB ini menambahkan, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Desa Sumberkolak. Dalam jangka waktu yang hampir bersamaan ada 10 ekor mati mendadak. Sedangkan di Dusun Paras dan Dusun Pathek Timur, Desa Duwet, Kecamatan Panarukan, 12 ekor sapi mati karena wabah PMK.
“Ini terjadi di tiga RT, di Desa Sumberkolak dan di Desa Duwet. Belum lagi desa yang lain. Kita punya 132 desa dan ribuan dusun,” bebernya.
Lebih jauh Suprapto menegaskan, diakui sebetulnya dirinya banyak mendapat laporan dari masyarakat peternak terkait sapi yang sakit, dengan gejala mirip PMK yang berujung kematian. Banyak juga yang bisa disembuhkan melalui jamu rempah-rempah.
“Karena tidak ada perhatian dari Disnakan, sehingga para peternak mengobati sapinya yang sakit secara mandiri, menggunakan ramuan tradisonal. Yaitu rempah-rempah yang ada di sekitar rumah, seperti kunyit, temulawak, asam jawa, dan serai. Paduan bahan tersebut sudah mengandung antibiotik, vitamin, dan nafsu makan,”katanya.
Suprapto mengaku, puluhan ekor sapi miliknya dalam keadaan sehat. Karena sejak awal, kandang sapinya ditutup. Sapinya diisolasi agar tidak tertular virus PMK dari hewan ternak lainnya atau penularan lewat udara.
“Sapi saya sejak awal sudah saya isolasi, tidak boleh ada orang yang masuk, apalagi ternak lain masuk. Alhamdulillah sampai saat ini sehat,”pungkasnya.