KEDIRI, FaktualNews.co – Pemerintah Kota Kediri bersama pemerhati budaya dan masyarakat Kota Kediri, menggelar tradisi Manusuk Sima, di Taman Tirtoyoso, Rabu (27/7/2022).
Tradisi Manusuk Sima ini bertujuan, untuk mengenang kembali kejadian penyerahan tanah pardikan, dari Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala zaman Mataraman kuno, kepada pemerintah Huwa Kapucatura pada abad 9 masehi ribuan tahun lalu.
Tradisi di awali dengan kirab Prasasti Kwak yang dibawa sejumlah prajurit berbusana adat. Usai dikirab sejumlah budayawan kemudian membacakan naskah prasasti, yang tertuang dalam Prasasti Kwak dengan bahasa Sansekerta.
Selanjutnya, Prasasti diserahkan kepada Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Kemudian Wali Kota Kediri juga menyerahkan air dari Sumber Tirtoyoso diberikan kepada peserta, dan disiramkan ke tanaman, sebagai simbol tentang kemakmuran dan kesuburan tanah di Kota Kediri.
Usai ritual, Wali Kota Abdullah Abu Bakar mengatakan, tradisi Manusuk Sima tersebut rutin digelar setiap 27 Juli. Hal itu untuk mengingat peristiwa diberikannya tanah pardikan Kwak atau tanah bebas pajak dari Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala kepada pemerintah Huwa Kapucatura di abad 9 Masehi.
“Ini untuk melestarikan tradisi warisan leluhur. Karena kita harus selalu nguri-nguri tradisi Manusuk Sima yang sebagai cikal bakal berdirinya Kota Kediri,” Jelas Abdullah Abu Bakar.
Abdullah Abu Bakar menambahkan, dalam prasasti tersebut berangka tahun 801 Saka atau tanggal 27 Juli 879 Masehi atau 27 Juli 2022. Dalam acara Manusuk Sima, juga menceritakan tentang kemakmuran dan kesuburan tanah di Kota Kediri.
“Makna acara Manusuk Sima ini adalah bangkit bareng setelah pandemi Covid-19. Dalam artian, bangkit perekonomiannya, dan bangkit UMKMnya.” Tutup Abdullah Abu Bakar.
Recananya tradisi Manusuk Sima akan dikemas lebih menarik dengan sentuhan tradisi modern, tanpa meninggalkan tradisi aslinya. Hal ini untuk dapat menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Sehingga tradisi ini akan menjadi edukasi sejarah yang menarik bagi generasi mudamuda.