FaktualNews.co

Mengintip Lima Industri Kreatif Lokal Kabupaten Mojokerto

Advertorial     Dibaca : 1060 kali Penulis:
Mengintip Lima Industri Kreatif Lokal Kabupaten Mojokerto
FaktualNews.co/lutfi hermansyah
Masrukhan menunjukan kreasi olahan Bambu R Khan Art Studio yang berada di Desa Ngareskidul, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Mojokerto gencar melalukan promosi produk lokal guna mempercepat pemulihan ekonomi akibat Pandemi Covid-19.

Salah satu cara untuk promosi ekonomi kreatif dinisiasi oleh Dinas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) melalui kegiatan Press Tour bertema ‘Pewarta Kabupaten Mojokerto Mblarah Bareng Diskominfo Kabupaten Mojokerto, Kamis (28/7/2022).

Kadiskominfo Kabupaten Mojokerto Ardi Sepdianto menjelaskan, Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap seluruh kehidupan manusia baik dari sektor ekonomi maupun tempat wisata yang ada di Kabupaten Mojokerto.

Oleh karena itu, melalui Pers Tour Pemkab Mojokerto berupaya membantu para penggiat ekonomi khususnya tempat wisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Mojokerto agar dapat bergairah kembali.

Sementara Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menyampaikan sinergitas dalam proses pembangunan diperlukan sehingga antara Pemerintah Daerah dan masyarakat harus berjalan beriringan sesuai rencana untuk mendapatkan hasil yang optimal.

“Masyarakat terlibat dan pemerintah hadir maka dari itu pewarta harus satu tim agar dapat berjalan selaras. Harapannya dengan melibatkan kalian ini nanti akan terpublikasi dengan wahana yang lebih lengkap dan baru sehingga kemudian kunjungan wisatawan akan lebih meningkat,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, para pewarta diajak mengujungi 5 tempat pelaku industri kreatif yang menghasilkan karya memiliki nilai ekonomi tinggi.

Produk Olahan Bambu R Khan Art Studio

Produk berbahan dasar bambu, selama ini kerap dipandang sebelah mata. Namun oleh tangan kreatif Masrukhan, warga Desa Ngareskidul, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto bambu disulap menjadi barang bernilai jual tinggi.

Masrukhan berkisah, awalnya ia berkeinginan memanfaatkan limbah bambu untuk dijadikan sesuatu. Akhirnya ia bereksperimen membuat tumbler (wadah minum air) dengan bentuk seadanya.

“Setelah jadi saya share di media sosial. Ternyata ada salah satu pimpinan di Indosat yang melihat, akhirnya ada interest (minat) dan order hingga ratusan,”

Kemudian, dirinnya memberdayakan warga sekitar rumahnya untuk memenuhi kebutuhan pesanan. Ia memanfatkan kebun rumahnya dijadikn tempat produksi kerajinan berbahan dasar bambu. Selain itu ia juga memanfaatkan sampah industri.

Kini R Khan Art Studio telah menghasilkan ragam produk dari bambu. Diantaranya, tumbler, cangkir, gelas, tas, dan berbagai replika olahan makanan, seperti donat, sate, bakso, dan mie.

Produk R Khan Art Studio ini telah dibeli oleh beberapa instansi di Pemkab Kabupaten Mojokerto untuk dijadikan oleh-oleh, bahkan juga merambah berbagai daerah di Indonesia.

“Dalam satu bulan kita tidak bisa mentaksir omsetnya berapa, karena kita membuat berdasarkan order. Ketika dapat order baru buat, paling tidak dalam satu bulan kita ads order 30 an untuk tumbler saja, belum yang lainnya,” jelas Masrukhan.

Selain membuat produk murni berbahan dasar bambu, pihak juga menerima pesanan kustom atau sesuai permintaan pembeli.

Produk Olahan Enceng Gondok Banyu Putih Art

Sampah bagi sebagian orang mungkin hanya limbah yang tak punya nilai sama sekali. Berbeda jika di tangan warga Mojokerto Suliadi (43), sampah dedaunan bisa menjadi produk bernilai jual dengan merek usaha bernama Banyu Putih Art.

Dengan memanfaatkan limbah enceng gondok, Suliadi dan karyawannya membuat aneka kerajinan seperti beragam topi, tempat tisu, bantal kursi, kotak hampers atau hantaran, nampan, hingga tatakan gelas dan piring. Ragam produk tersebut bisa dilihat di rumahnya yang berada di Desa Jeruk Seger, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.

Produk kerajinan anyaman eceng gondok dibuat dengan cara manual. Suladi mampu memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantunya memenuhi pesanan. Kini, hasil kreasi tersebut telah dipasarkan hingga ke berbagai daerah.

Produk kriya tersebut dibanderol mulai harga termurah Rp 3 ribu untuk tatakan gelas hingga paling mahal kisaran Rp 200-300 ribu untuk tas anyaman. “Kita pernah kirim Surabaya, ada instansi pemerintahan, kadang ada ke luar jawa juga,” tandas Suladi.

Namun, selama untuk menjalankan produksi selama ini mendapatkan keselutih memperoleh bahan baku.

Awalnya, Suliadi mencari sendiri di kawasan Kalijaring, Desa Mlirip, Kecamatan Jatis. Namun, karena sudah banyak dibangun perumahan, dia sempat mencari ke pengepul eceng gondok di Desa Kwatu, Kecamatan Mojoanyar, hingga Desa Ngimbangan, Kecamatan Mojosari.

“Tapi sejak ada normalisasi sungai tahun 2018, sudah tidak ada lagi petani eceng gondok lagi,” pungkasnya.

Pengrajin Batik Tulis Rasu’an Lampahan

Batik tulis yang bernilai jual tinggi seringkali susah dibedakan dengan batik cap dan print yang harganya lebih murah. Padahal, batik tulis merupakan produk kain dengan tingkatan teknik terbaik.

Pengerjaannya dilakukan secara manual dengan tangan, sehingga membutuhkan ketelitian dan keahlian membatik lebih baik dibandingkan batik cap maupun print.

Batik tulis memang menjadi batik dengan jenis terbaik, sekaligus batik dengan harga yang paling mahal dari jenis lainnya.

Di Mojokerto, butik Rasu’an Lampahan memiliki ragam busana batik dengan corak dan motif bermacam-macam khas Mojokerto. Seperti motif Surya Majapahit dan Sooko Projoso Sawiji.

Pemilik butik Rasu’an Lampahan, Lyna Desriana mengatakan, desain motif yang dibuat sesuai dengan pesanan. Biasanya, ia para pemesan menginginkan motif yang menggambarkan kehidupan dirinya. “Saya ada sekitar 25 motif yang sudah dibuat,” katanya.

Ia lebih memilih bahan dasar kain katun daripada sutra. Menurutnya, para pembeli lebih suka katun karena perawatannya lebih mudah. “Kalaj sutra itu perawatannya ribet dan mungkin jarang dipakai,” tukasnya.

Sementara, untuk waran menggunakan pewarna alam dari daun suji dan pandan serta bahan kimia. Harga yang ditawarkan pun bergam, mulai dari Rp 2,5 sampai Rp 5 juta.

“Kalau yang masuh berbentuk bahan satu potongnya Rp 2,5 juta untuk warna alam. Sedangkan untuk yang sudah jadi atau sarimbit itu Rp 5 juta,” jelas Lyna.

Produk Recycle dari Bahan Jens “UPJECT”

Untuk industri kreatif yang satu ini cukup menarik. Home industri Upject yang terletak di Kepuhanyar, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto ini memanfaatkan limbah celana jeans untuk didaur ulang menjadi sepatu dan tas.

Salah satu pendiri Upject, Liana Nirawati mengatakan, memulai mendaur ulang limbah celana jeans tahun 2021. Saat itu, ia dan teman-temannya memiliki keresahan yang sama melihat linbah fasyen semakin menumpuk. “Dari situ kita mulai sharing dan befikir, kira-kira bisa dijadikan apa,”” tukasnya.

Karana melihat potensi penjualan sepatu di Mojokerto dibesar, akhirnya mereka sepakat membuat sepatu. Baru kemudian berkembang membuat topi dan tas.

“Untuk pemasarannya secara online kita masih di instagram saja. Dan offlinenya di outlet atau kita ikut event-event,” jelas Liana.

Harga yang ditawarkan, untuk sepatu mulai Rp 180 sampai 300 ribu. Sedangkan tas, Rp 135 sampai 350 ribu. “Kalau topinya Rp 80 ribu saja,” sambung Liana.

Selain bisa memilih di outlet, kustomer juga bisa membawa celana jeans sendiri untuk di kustom.

“Tentu harganya kalau kustom lebih murah, mungkin selisih Rp 10 sampai Rp 20 ribu,” tandasnya.

Kostum Karnaval Trawas Trashion Carnival

Limbah sampah, terkadang membuat beberapa orang menjadi jengkel dan kesal.

Namun, di tangan para kreator muda yang tergabung dalam Trawas Trashion Carnival (TTC), limbah sampah justru disulap menjadi kostum yang indah.

Berbagai bentuk kostum memiliki keunikan, ada juga kostum mahakarya yang terinspirasi dari legenda seperti, Ratu Kencana Wungu, Surya Majapahit, Pohon Maja, Pusaka Majapahit, hingga burung Garuda telah diciptakan.

Kostum yang identik dengan Kerajaan Majapahit tersebut telah menembus hingga ke berbagai daerah di luar Kota/Kabupaten Mojokerto.

Salah satu pengelolah TTC, Tri Mulyono yang tidak lain adalah ncoba bermain dengan memanfaatkan limbah sampah tangga untuk kostum carnaval.

“Semua kita manfaatkan, karton susu, rokok, kita manfaatkan semua. Kami menampung semua linbah sampah dari masyarakat,” katanya.

Tahun 2014, adalah awal dimulainya karya-karya itu dilahirkan. Satu persatu karya diikutkan lomba. Perlombaan awal dimulai dengan kategori tingkat Kecamatan Trawas, di Kabupaten Mojokerto. Bahkan salah satu modelnya pernah menjurai perlombaan fesyien di Jember.

“Penyewaanya untuk anak-anak harganya Rp 1 juta dan untuk dewasa Rp 2 juta. Kalau penyewaan tidak hanya di Mojokerto, kita juga pernah ke Jakarta,” tandasnya Tri.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah