PASURUAN, FaktualNews.co – Puluhan warga Desa Oro-Oro Puleh, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan sebelumnya mayoritas sebagai penduduk buruh tani. Namun, hal yang berbeda terlihat saat wabah Covid-19 menyerang beberapa daerah termasuk di Kabupaten Pasuruan, pada tahun 2020 lalu.
Puluhan warga di desa tersebut yang juga terdampak, salah satunya adalah sulit mencari penghasilan untuk keluarga. Namun, seorang warga bernama Sugiono (60) menjadi pengrajin tusuk sate.
“Selain tani, saya juga biasa mencari pekerjaan serabutan diluar, untuk tambah-tambah penghasilan di rumah,” kata Sugiono (60) sambil melakukan proses pembuatan tusuk sate, Sabtu (30/7/2022).
Dari situlah ada beberapa warga di desa tersebut menawarkan mesin pembuatan tusuk sate yang dijual dari harga Rp3 juta – Rp4 juta perset. Akhirnya, sejumlah warga memilih untuk membeli mesin tersebut karena wabah Covid-19 memang sulit mencari maupun mendapatkan pekerjaan lain.
“Akhirnya beli, ada tabungan buat beli mesin itu. Itung-itung bisa kerja di rumah bersama istri dan anak saya,” jelasnya.
Menurut Sugiono, pembuatan tusuk sate sangatlah mudah. Hanya bermodal bambu yang dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 20 centimeter.
“Bagi tugas, anak laki-laki saya yang motong bambu, terus saya yang memproses bambu hingga menjadi beberapa potong, setelah itu bagian istri saya yang finishing,” ungkapnya.
Dikatakan Sugiono, untuk perhari ia bisa membuat sekitar 8-10 kilogram tusuk sate. Perkilo tusuk sate berisi 6000-8000 tusuk sate, tergantung jenisnya, ada jenis tusuk sate kambing dan tusuk sate ayam.
Untuk perminggu lanjut Sugiono, bisa mengirim tusuk sate kepada pengepul dengan harga Rp8000 perkilogramnya. Akhirnya Covid-19 membawa berkah tersendiri bagi kelurganya.
“Awalnya dari wabah Covid-19 yang minim penghasilan, warga yang mayoritas sebagai buruh tani ini mencoba untuk membeli alat pembuat tusuk sate. Mulailah, ini saya dan istri memproduksi tusuk sate dan dijual ke pengepul dengan hasil sekitar Rp600 ribu perminggunya,” tegasnya.
Sementara itu, Aliyah (50) istri Sugiono menjelaskan, dari pekerjaannya bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari di rumah. Selain kebutuhan dapur, hasilnya juga bisa dibuat untuk membeli perabotan rumah meskipun tak terlalu mahal.
Ibu yang sudah mempunyai tiga cucu ini menyebut jika rutin dan kerja keras membuat tusuk sate bisa semakin besar penghasilan yang didapatkan.
“Kalau nggak istirahat, sejam bisa bikin 2 kilogram tusuk sate, itu dikerjakan suami, anak dan saya sendiri,” tuturnya.
Kepala Desa Ora-ora Puleh, Sujai (45), juga berharap agar usaha tusuk sate tersebut semakin berkembang. Selain pasarnya sudah merambah beberapa daerah di Jawa Timur,
“Saya juga menginginkan kerja sama dari Pemerintah Daerah agar produksi yang dihasilkan semakin banyak,” harapnya.
“Tusuk sate warga ini biasa dikirim ke beberapa pengepul yang dijual ke wilayah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan beberapa daerah lainnya,” pungkasnya. (Bahrul).