Liputan di Rutan Situbondo, Reporter RRI Terima Perlakuan Arogan Oknum Sipir
SITUBONDO, FaktualNews.co – Diana, reporter Radio Republik Indonesia (RRI) Jember yang bertugas di Situbondo mendapatkan intimidasi dari sejumlah oknum petugas sipir di rutan setempat saat melakukan liputan.
Diperoleh keterangan, aksi arogansi oknum petugas sipir rutan Situbondo terhadap Reporter RRI itu, berawal saat Diana hendak melakukan kegiatan peliputan acara pembukaan pelatihan perbengkelan sepeda motor oleh Dinas Ketenagakerjaan.
“Sekitar pukul 12:40 WIB saya berada di rutan. Sebelum, masuk pintu masuk rutan bersama rekan saya memencet tombol bel masuk, dan tak lama pintu dibukakan oleh petugas,” ujar Diana, Kamis (4/8/2022).
Saat masuk pintu gerbang utama, dirinya mampir ke meja petugas untuk mengambil id card tamu, dan ketika akan mengambil id card tamu, dirinya ternyata melihat teman-teman wartawan lain sudah mulai wawancara Bupati Situbondo Karna Suswandi. Sehingga dirinya langsung bergegas mengikuti wawancara tersebut, karena khawatir tertinggal momen.
“Id card tamu saya ambil dari tangan temen saya. Saya setengah berlari menuju teman-teman yang sedang wawancara dengan bupati. Jarak antara saya dengan teman-teman yang sedang wawancara hanya lima meter. Sangat dekat sekali,” katanya.
Lebih jauh Diana menegaskan, usai wawancara bupati kembali berbaur dengan teman-teman lainnya yang sedang melaksanakan tugas jurnalistik.
“Tak lama kemudian saya tiba-tiba dipanggil oleh petugas jaga pintu gerbang, yang berseragam biru. Saya langsung menghampiri petugas, dan ternyata saya disuruh masuk, dan pintu dikunci (diantara gerbang satu dan dua). Saya kaget dan khawatir, karena dipanggil sendirian, dikunci pula pintunya,” katanya.
Setelah sampai di dalam diantara gerbang satu dan dua rumah tahanan, ternyata wartawan perempuan itu sudah dihadapkan dengan empat orang oknum petugas sipir yang mulai mengintimidasi dengan dalih agar berlaku sopan di hadapan petugas.
“Saya bertanya kepada petugas, memang saya tidak sopan kenapa? Petugas bilang, kalau saat saya berada di meja petugas menuju teman-teman yang sedang mewawancarai bupati harusnya berjalan, bukan berlari karena itu bagian dari etika. Saya langsung meminta maaf dan bilang kalau saya terburu-buru karena harus ikut mewawancarai bupati,” bebernya.
Ironisnya, meski sudah meminta maaf, oknum petugas sipir itu dengan nada tinggi (marah) tetap menyalahkan dan menghardik wartawan perempuan itu.
“Dan bilang kalau saya harus ikuti aturan ketika di dalam rutan. Saya jadi bingung, salah saya apa. Karena saya sudah mengetuk pintu saat masuk, dan mampir ke meja petugas, namun saat di meja petugas saya bergegas menuju teman-teman yang sedang wawancara,” katanya.
Diana menambahkan, ia mendapatkan sikap arogan petugas sipir sekitar 10 menit di dalam ruangan (di antara gerbang satu dan dua).
“Saya merasa khawatir karena saya sendirian, dikelilingi empat orang petugas sipir. Cara mereka inilah yang membuat saya ketakutan. Masih terbayang sampai sekarang bagaimana mereka bersikap kasar kepada saya. Semoga ini tidak terjadi kepada rekan-rekan lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Rutan Kelas IIB Situbondo, Tomi Elyus belum bisa dikonfirmasi terkait dengan arogansi oknum petugas sipir tersebut. Karena saat dihubungi melalui telepon tidak dijawab.