FaktualNews.co

Kisah Raden Bagus Lancing Kusumo, Penyebar Islam di Selatan Bojonegoro

Sosial Budaya     Dibaca : 920 kali Penulis:
Kisah Raden Bagus Lancing Kusumo, Penyebar Islam di Selatan Bojonegoro
FaktualNews.co/syaifudin
Pintu masuk pesarean Raden Bagus Lancing Kusumo di Dusun Nggeneng Desa Cancung Kecamatan Bubulan Bojonegoro

BOJONEGORO, FaktualNews.co – Kisah penyebaran Islam di bagian selatan wilayah Bojonegoro memang tidak familiar di telinga masyarakat.

Dari cerita lisan, di Kecamatan Bubulan, tepatnya di Desa clebung dulunya adalah tempat peristirahatan dan persembunyian seorang putra Kerajaan Mataram sekaligus penyebar agama Islam.

Watimo juru kunci makam Lancing Kusumo mengatakan, dulu sempat terjadi perang besar antara Kerajaan Mataram dengan Kerajaan Pajang.

Karena ingin hidup damai dan tentram, putra dari pemimpin Kerajaan pajang itu melarikan diri menuju wilayah selatan Kabupaten Bojonegoro.

“Keturunan Raja pajang tersebut yang diketahui memiliki nama Kusumo ini melarikan diri bersama tiga pengikutnya antara lain Sujud, Pujud dan Denok yang merupakan nenek dari Kusumo,” tuturnya.

Selama perjalanan nama Kusumo diubah menjadi Raden Bagus Lancing Kusumo yang jika dipaparkan Raden berarti putra keturunan raja, Bagus karena Kusumo memiliki wajah tampan, Lancing yang dalam bahasa Jawa masih perjaka dan Kusumo yang merupakan nama asli pemberian orang tuanya memiliki arti bunga dalam Bahasa Jawa.

Dia juga melanjutkan bahwasanya Raden Bagus Lancing Kusumo adalah pelopor dakwah Islam di Desa Clebung dan sekitarnya. Nama Desa Clebung juga berkaitan dengan Raden Bagus.

Dia menyukai makanan pecel dan rebung, maka desa itu disebut Clebung yang berarti pecel dan rebung.

Watimo sendiri adalah penanggung jawab makam Raden Bagus Lancing Kusumo sejak 18 tahun silam menggantikan leluhurnya terdahulu secara turun temurun, dan dia juga mengaku kalau lupa ia juru kunci yang keberapa.

Dia juga menambahkan, peziarah jika berziarah ke makam Raden Bagus Lancing Kusumo harus taat pada aturan -aturan khusus yang tidak boleh dilanggar. Peziarah harus berniat baik, suci dari hadast kecil dan besar, lelaki harus bersarung dan wanita yang menstruasi sebelum 7 hari dilarang masuk pesarean.

“Selebihnya, para peziarah tidak boleh melakukan hal ini, main (judi), madon (zina), dan maling (mencuri) sebab bisa fatal akibatnya. Di dinding pendopo makam Raden Bagus Lancing Kusumo terdapat gambar harimau. Sebab konon memang ada harimau gaib yang menjaga kawasan maqbaroh tersebut,” terang pria yang akrab di panggil Mbah juru itu.

Untuk mengenang jasa dan menjaga tradisi, setiap malam Jumat tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi dari daerah lain ikut berdoa di makam tersebut.

“Banyak masyarakat berdatangan termasuk dari Surabaya, Tuban, Kalimantan dan Sumatera. Rehap bangunan makam juga mendapat bantuan dari pengunjung asal Kalimantan,” ujarnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah