NEW YORK, FaktualNews.co – Salman Rushdie penulis buku The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan yang pernah mendapat ancaman mati dari Iran pada tahun 1980-an diserang di panggung dalam sebuah acara di Chautauqua Institute, New York, Inggris pada Jumat (12/8/2022). Salman Rushdie ditikam lehernya.
Rushdie langsung dilarikan ke rumah sakit dengan helikopter, menurut polisi. Sebagaimana dilaporkan Associated Press (AP), pelaku penikaman yang belum diketahui identitasnya telah ditahan.
Salman Rushdie adalah penulis yang pernah dikecam dunia Muslim dan dilarang di banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim, karena dianggap menghina Nabi Muhammad.
Buku Ayat-ayat Setan dilarang di Iran sejak 1988 dan pada tahun 1989 mantan pemimpin Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa memerintahkan Rushdie dibunuh.
Iran juga sempat menawarkan imbalan senilai 3 juta dollar AS bagi mereka yang membunuh Salman Rushdie.
Seorang jurnalis AP menyaksikan penikaman itu dan mengatakan serangan tersebut berlangsung sekitar 20 detik.
Salman Rushdie menghadiri acara diskusi di Chautauqua Institution tentang Amerika Serikat (AS) sebagai tempat suaka bagi para penulis dan seniman di pengasingan dan “tempat kebebasan berekspresi secara kreatif”, menurut situs Chautauqua Institution.
Setelah fatwa Ayatollah Ruhollah Khomeini terbit, Rusdhie mengasingkan diri selama bertahun-tahun di bawah program perlindungan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris.
Salman Rushdie adalah penulis yang lahir di keluarga Muslim India.
Dia telah menjadi warga negara AS pada tahun 2016 dan tinggal di kota New York.
Salman Rushdie kembali muncul di depan publik setelah berada dalam pengasingan selama sembilan tahun.
Dia kerap menyuarakan kritik tentang ekstremisme agama dan juga opresi di India, termasuk kepada pemerintah nasionalis Hindu di bawah pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Meskipun pemerintah Iran mengatakan pada tahun 1998 tidak lagi mendukung fatwa itu, sentimen anti-Salman Rushdie masih tetap ada dan masih banyak organisasi Iran yang menawarkan hadiah uang senilai jutaan untuk pembunuhan Rushdie.
Berdasarkan informasi dari Index on Censorship, sebuah organisasi yang menyuarakan kebebasan berekspresi, hadiah uang masih tetap ditawarkan bagi mereka yang membunuh Rushdie pada tahun 2016.
Hal ini menunjukkan bahwa fatwa yang menuntut kematian Rushdie masih berlaku.
Wylie Agency, agen yang mewakili Rushdie, belum mengeluarkan keterangan resmi tentang insiden ini.
PEN Amerika, kelompok advokasi kebebasan berekspresi di mana Salman Rushdie pernah menjadi presidennya, mengaku “terguncang karena terkejut dan ngeri” atas berita penikaman.
“Salman Rushdie telah menjadi target akibat kata-katanya selama puluhan tahun tapi ia tidak pernah goyah ataupun gentar,” kata Suzanne Nossel, chief executive PEN, dalam sebuah pernyataan.
Pada tahun 2012, Salman Rushdie mempublikasikan sebuah memoar, “Joseph Anton,” mengenai fatwa kematiannya.
Judul itu diambil dari nama samaran yang digunakan Rushdie untuk buku-buku yang dia tulis selama persembunyiannya.
Salman Rushdie pernah meraih penghargaan Booker Prize lewat novelnya “Midnight’s Children”, namun namanya paling tidak baru dikenal di seluruh dunia stelah buku “The Satanic Verses”.