SURABAYA, FaktualNews.co – Anda yang pernah makan buah tin pasti sangat familiar dengan warna dan rasa manis dari buah ini.
Buah tin sendiri disebut sebagai buah kehidupan atau buah surga karena bisa bertahan di daerah yang ekstrem, termasuk di padang pasir sekalipun.
Buah tin atau yang juga dikenal sebagai buah ara dan figs dalam Bahasa Inggris adalah buah yang ternyata memiliki segudang manfaat untuk kesehatan.
Selain itu, banyak juga yang mengatakan bahwa buah tin ini berguna untuk menurunkan berat badan, apakah benar demikian?
Berikut adalah kandungan nutrisi dan manfaat buah tin untuk kesehatan.
Kandungan nutrisi buah tin
Buah tin merupakan buah yang memiliki ukuran kecil, yaitu hanya sebesar ibu jari saja.
Meskipun begitu, buah tin memiliki banyak sekali nutrisi yang terkandung di dalam buah yang memiliki warna ungu atau hijau ini.
Melansir Healthline, buah tin dengan ukuran kecil atau sekitar 40 gram mengandung kalori, karbohidrat, serat, zat tembaga atau copper, magnesium, potasium, riboflavin atau vitamin B2, tiamin, vitamin B6, dan vitamin K.
Healthline menambahkan bahwa kandungan kalori yang dimiliki oleh buah tin termasuk dalam kalori alami yang akan membuatnya aman dikonsumsi sebagai makanan ringan.
Tidak hanya itu saja, NIH menambahkan bahwa kandungan tembaga yang dimiliki oleh buah tin akan sangat berguna untuk kesehatan, termasuk metabolisme dan produksi energi, serta pembentukan sel darah, jaringan ikat, dan neurotransmiter.
NIH juga menyebutkan bahwa vitamin B6 di dalam buah tin sendiri berguna untuk membantu tubuh dalam memecah protein makanan dan memproduksi protein baru, serta menjaga kesehatan otak.
Manfaat buah tin
Karena kandungan yang dimiliki oleh buah tin tersebut, tubuh akan memperoleh beberapa manfaat ketika makan buah tin, berikut beberapa manfaatnya.
Memperlancar pencernaan
Beberapa penelitian membukti bahwa buah tin bisa membantu memperlancar pencernaan.
Salah satu penelitian dilakukan ahli dari Amerika yang dimuat pada Nutrients Journal pada tahun 2018.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan serat pada buah utuh bisa membantu dalam memperlancar pencernaan dengan cara melunakkan feses, mengurangi konstipasi, dan menjadi prebiotik yang berguna untuk usus.
Meskipun penelitian tersebut tidak secara spesifik menyebutkan buah tin, namun kandungan serat yang dimiliki akan memberikan fungsi yang sama kepada tubuh.
Penelitian lain juga dilakukan oleh ahli dari Iran dalam Explore: The Journal of Science & Healing pada tahun 2019.
Penelitian ini melibatkan 150 orang yang mengalami sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome dengan konstipasi.
Orang-orang tersebut diminta untuk mengonsumsi empat buah tin kering selama dua kali sehari dalam kurun waktu empat bulan.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada penurunan gejala yang dialami, khususnya rasa nyeri, perut kembung, dan konstipasi.
Meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah
Melansir Healthline, buah tin bisa membantu dalam memperbaiki tekanan darah dan level lemak dalam darah.
Dengan kata lain, kemampuan yang dimiliki oleh buah tin tersebut bisa meningkatkan kesehatan pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami sakit jantung.
Penelitian mengenai fungsi buah tin ini dilakukan pada tikus yang memiliki tekanan darah normal dan tinggi.
Penelitian ini dilakukan oleh ahli dari Pakistan yang dimuat pada Pharmaceutical Biology Journal pada tahun 2017.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi buah tin bisa meningkatkan produksi HDL kolestrol dan kadar trigliserida.
Meskipun begitu, buah tin masih belum bisa dikatakan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan jantung pada manusia karena kurangnya penelitian yang dilakukan.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli dari Amerika pada yang diterbitkan di Annals of Nutrition and Metabolism Journal pada tahun 2011.
Penelitian ini melibatkan wanita dan dan laki-laki berumur antara 30 hingga 75 tahun, dan memiliki LDL kolesterol yang tinggi.
Para partisipan kemudian diminta untuk mengonsumsi 14 buah tin kering atau sekitar 120 gram selama lima minggu.
Hasilnya, level LDL masih tetap tinggi dan tidak ada perubahan signifikan yang terjadi.