FaktualNews.co

Banyu Putih Art Mojokerto, Rumah Produksi Ragam Kerajinan Enceng Gondok

Ekonomi     Dibaca : 1237 kali Penulis:
Banyu Putih Art Mojokerto, Rumah Produksi Ragam Kerajinan Enceng Gondok
FaktualNews.co/Muhammad Lutfi Hermansyah/
Pekerja home industri Banyu Putih Art membuat kerajinan berbahan enceng gondok di Desa Jerukseger, Gedeg, Kabupaten Mojokerto.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Home industri Banyu Putih Art di Desa Jerukseger, Gedeg, Kabupaten Mojokerto menjadi tempat produksi ragam kerajinan berbahan baku dari enceng godok yang estetik.

Tempat tersebut, didirikan oleh Suliadi (44) pada tahun 2000. Ia terinspirasi membuat kerajinan berbahan baku tumbuhan air itu setelah melihat produk tas enceng gondok di Jogjakarta. Darisitulah kemudia ia mempelajari cara pembuatannya secara otodidak.

Tak disangka, hasil otak atik eceng gondok yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat ada berminat membelinya. Pesanan terus meluas sampai kuwalahan. Namun, saat ini Suliadi telah memperdayakam sejumlah ibu-ibu disekitar rumahnya untuk melayani pesanan.

Adapun kerajinan yang di hasilkan yakni, sandal, topi pantai untuk wanita, aneka model tas wanita, tas selempang, kotak tisu, kotak hampers, keranjang pakaian, bantal, loyang, hingga alas gelas dan piring. Semua kerajinan tersebut berwarna coklat dengan bentuk lilitan yang sekilas mirip dengan rotan.

“Kelebihan produk kerajinan kami anyamannya rapi, kecil, rapat, bentuknya beragam,” kata Suliadi, Minggu (21/8/2022).

Sebelum menjadi kerajinan yang estetik dan bernilai jual tinggi, enceng gondok terlebih dahulu melewati beberapa proses. Mulai dari proses pengeringan dan penjemuran.

Akan tetapi, Suliadi tidak perlu repot-repot  melakukan proses tersebut, karena mendatang enceng gondok dari petani Surabaya yang sudah dikeringksn dan berupa tangkai-tangkai.

Aneka kerajinan enceng gondok yang dibuat Pekerja home industri Banyu Putih Art di Desa Jerukseger, Gedeg, Kabupaten Mojokerto. FaktualNews.co/Muhammad Lutfi Hermansyah/

Ia tidak mengambil langsung dari sungai meski disekitar rumahnya terdapat sungai dan tanaman enceng gondok begitu melimpah. Bukan tanpa sebab, ia ingin menjaga kualitas produk yang ia hasilkan.  Ia memilih tangkai berdiameter 1,5 sampai 2 cm dengan panjang 80-90 cm.

“Saya sudah pernah mencoba ambil eceng gondok dari sungai di sekitar sini, setelah saya keringkan tangkainya mengecil, susut. Sehingga tidak layak. Makanya saya beli dari Surabaya seharga Rp 11 ribu per Kg,” jelasnya.

Eeceng gondok di Banyu Putih Art diawali dengan menyeragamkan lebar tangkai. Pangkal tangkai yang biasanya lebih lebar dipangkas tepinya sehingga sama dari ujung ke ujung. Barulah bahan baku diserahkan kepada emak-emak untuk dianyam menjadi berbagai kerajinan.

Aneka produk kerajinan eceng gondok di rumah Suliadi dibuat menggunakan 3 teknik anyaman. Pertama teknik anyaman bilik yang biasa untuk membuat tikar. Teknik anyaman lilit paling banyak digunakan di Banyu Putih Art. Antara lain untuk membuat topi wanita, tas belanja, kotak tisu, keranjang pakaian, kotak hampers, tatakan piring dan loyang.

Teknik anyaman pecah kopi menjadi yang paling rumit. Karena tangkai-tangkai eceng gondok dianyam secara zig-zag menghasilkan pola layaknya biji kopi yang terbelah. Teknik ini biasa digunakan membuat tas tangan wanita dan tas selempang. Proses selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan cat water base atau pelarut air sehingga lebih ramah lingkungan.

“Saya pilih warna-warna yang natural. Proses water base juga membuat produk yang asalnya lemas menjadi lebih kaku. Proses terakhir dijemur. Kalau untuk tas dilanjutkan ke proses sulam,” jelasnya.

Bapak dua anak ini membanderol ragam kerajinan eceng gondok ini dengan harga bervariasi sesuai ukuran dan kerumitan proses pembuatannya.

Sandal ia jual Rp 25 ribu per pasang, kotak tisu Rp 65 ribu, bantal 40×40 cm Rp 75 ribu, tas wanita Rp 100-150 ribu, kotak hampers 34x21x12 cm Rp 60 ribu, tatakan gelas dan piring Rp 3-9 ribu, topi wanita Rp 50 ribu, serta keranjang baju Rp 175 ribu.

Pandemi COVID-19 sempat membuat kerajinan eceng gondok yang ditekuni Suliadi sepi pesanan. Omzet penjualannya kembali naik selama Ramadan April lalu. Yakni mencapai Rp 10 juta dalam satu bulan. Kini omzetnya rata-rata di angka Rp 5 juta per bulan.

“Yang banyak sekarang pesanan kotak hampers (bingkisan hadiah),” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul