Data Nasabah Perbankan Rawan Kejahatan Siber, AMSI Gandeng BNI Gelar Workshop Literasi Keamanan Digital
FaktualNews.co – Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait literasi digital, keamanan data pribadi dan keamanan data digital banking, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggandeng Bank BNI menggelar workshop dengan tema “Literasi Keamanan Digital Perbankan ‘Peduli Lindungi Data Pribadi'”.
Hal itu, mengingat Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat rawan dari ancaman kejahatan siber, terlebih di dunia perbankan.
Workshop yang diikuti oleh 100 jurnalis dari seluruh Indonesia dan digelar secara virtual tersebut, diharapkan bisa melahirkan 100 artikel yang bisa memberi edukasi dan literasi kepada masyarakat bagaimana mengamankan diri terkait transaksi perbankan.
“Harapannya ini bisa mengedukasi publik agar melek digital untuk mengamankan data pribadi dan data digital banking dan seterusnya,” ucap Direktur Eksekutif Asosiasi Media Siber Indonesia, Adi Prasetya.
Menurut Adi, data dari Bank Indonesia, pertumbuhan transaksi digital banking di Indonesia terus meningkat. Pada 2021, ada hampir 40 ribu triliyun transaksi digital banking. Dan tahun 2022, diprediksi akan mencapai 51 ribu triliyun.
“Karena literasi masyarakat terkait digital perbankan masih rendah, sehingga perlu digelar kegiatan ini, yang nantinya bisa mengedukasi masyarakat,” imbuhnya
Sementara itu, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas Tarihoran mengatakan, masih banyak masyarakat belum sadar keamanan data digital atau belum faham aturan dunia siber.
“Rendahnya literasi digital, menjadi peluang bagi kejahatan siber. Sedangkan, 50 persen masyarakat Indonesia wira-wiri di dunia digital tanpa sadar masuk dalam risiko tersebut,” jelasnya.
Pemimpin Devisi Manajemen Risiko BNI, Raendra Minarsa Gunawan menjalankan, ada 2 kejahatan besar siber di dunia perbankan. Yakni Skimming dan Social Engineering.
Skimming sendiri adalah aksi kejahatan perbankan dalam bentuk pencurian data melalui kartu. Sedangkan Social engineering adalah aksi kejahatan untuk mendapatkan data dan informasi dengan cara mempengaruhi pikiran orang lain dengan mempengaruhi psikis dan emosional.
“Pelaku Social engineering bisa mengirim malware ke perangkat kita, yang bisa mencuri data perangkat kita,” terang Raendra Minarsa Gunawan.
Untuk itu, iya mengimbau kepada masyarakat, agar selalu berhati-hati saat melakukan transaksi perbankan.
“Lengkapi device, upgrade sistem, jangan gunakan wifi publik saat transaksi karena bisa tercapture, perbarui data agar optimal dalam perlindungan sistem, hindari transaksi melalui web yang tidak dikenal, serta selalu jaga dobel OTP,” imbaunya.
Ia juga menjelaskan, BNI sendiri memiliki unit khusus untuk memfollow up aduan-aduan, untuk mendukung dan mengamankan nasabah.
“Pertama yaitu Fraud Detection, yakni analisa data yang dilakukan pada aksi adanya indikasi kejadian ataupun setelah kejadian. Yang kedua BNI contac center untuk pengaduan nasabah,” imbuhnya.
Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Komputer Sains Universitas Sampoerna, Prof. Teddy Mantoro mengungkapkan, Rata-rata nasabah perbankan sangat rawan dari aksi kejahatan siber.
Bahkan, sejumlah data nasabah bank berhasil dibobol dan dijual di forum hacker. “Untuk itu saya menyarankan agar kita menjauhi gawai saat emosi, memakai sumber internet sendiri, berhati-hati saat meeteing online atau meeting dengan orang asing, berhati-hati saat memposting, belanja online di platform terpercaya, pasword harus berbeda di setiap platform, pakai save browsing, privacy setting on, jaga informasi pribadi serta instal antivirus di perangkat kita,” jelasnya.