Peristiwa

Demo Ratusan Mahasiswa di Tulungagung Tolak Kenaikan BBM Sempat Memanas

TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Tulungagung melakukan demo di depan gedung DPRD Tulungagung, Rabu (07/09/2022).

Ratusan mahasiswa tersebut menuntut untuk membatalkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, aksi demo juga sempat diwarnai aksi saling dorong antara mahasiswa dan polisi, ketika mahasiswa mencoba memaksa masuk ke gedung DPRD Tulungagung. Hal itu membuat suasana demo menjadi memanas.

Demo yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Tulungagung berlangsung sejak 11.00 WIB di depan gedung DPRD Tulungagung. Saat demo, mahasiswa juga melakukan aksi teaterikal terkait kenaikan BBM yang membuat masyarakat sengsara.

Beberapa perwakilan mahasiswa akhirnya diperbolehkan masuk untuk melakukan audiensi dengan pimpinan DPRD Tulungagung. Hasil audiensi, DPRD Tulungagung akan berjanji mengirimkan tuntutan mahasiswa ke DPRD Provinsi Jawa Timur dan DPR RI. Hal itu dibuktikan dengan tanda tangan bersama di atas surat tuntutan mahasiswa.

Perwakilan Aliansi Mahasiswa Tulungagung, Abdurrohman Assyidiqi Firdeva mengatakan, setidaknya ada 4 poin tuntutan yang dilayangkan. Di antaranya, menolak kenaikan harga BBM bersubsidi karena akan menimbulkan efek domino terhadap ekonomi masyarakat, menuntut pemerintah melakukan evaluasi kinerja badan pengaturan hilir minyak dan gas bumi dalam penyaluran BBM bersubsidi, menuntut pemerintah transparansi kuota BBM bersubdisi.

“Selain itu kami juga menuntut pemerintah segera merumuskan roadmap transisi energi fosil ke energi baru yang ramah lingkungan,” tuturnya.

“Dalam audiensi juga telah disepakati, bahwa DPRD Tulungagung diberikan waktu menyampaikan tuntutan mahasiswa maksimal 30 x 24 jam. Apabila dalam jangka waktu tersebut, DPRD Tulungagung tidak bisa menepati janji, kami akan lakukan demo lagi dengan massa yang jauh lebih besar,” imbuhnya.

Disinggung terkait aksi dorong-mendorong dengan aparat kepolisian, Deva mengungkapkan bahwa peristiwa itu terjadi ketika negosiasi terkait kuota perwakilan audiensi dengan pimpinan DPRD Tulungagung tidak ada kemufakatan. Akhirnya dari situlah, mahasiswa tepancing dan mencoba masuk secara paksa, tapi mendapatkan perlawanan dari pihak kepolisian.

“Kami meminta ada 50 perwakilan mahasiswa yang masuk untuk mengikuti audiensi. Tapi SOP Polres Tulungagung hanya membatasi kuota 20 mahasiswa saja. Akhirnya terjadilah aksi dorong-dorongan,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Tulungagung, Marsono mengatakan, tugas pokok dan fungsi DPRD Tulungagung itu adalah melakukan kontrol, budgeting dan legislasi. Adanya aksi demo dari mahasiswa terkait menolak kenaikan harga BBM bersubdisi, tentu aspirasi mereka akan diterima dan akan disampaikan ke DPRD Jawa Timur dan DPR RI.

“Tapi untuk jawabannya, tentu kami akan menunggu dari DPRD Jawa Timur dan DPR RI,” ujarnya.

Namun secara kelembagaan DPRD Tulungagung menganggap dengan adanya kenaikan BBM bersubsidi sebenarnya bisa dimaklumi. Pasalnya, pemerintah pasti memiliki pertimbangan atas kebijakan yang dibuat. Namun, ketika ada aspirasi dari masyarakat tentu akan disampaikan.(Hammam)