FaktualNews.co

Liga 1

Cerita Azrul Ananda dan Persebaya yang Kembali ke Situasi Krisis

Bola     Dibaca : 582 kali Penulis:
Cerita Azrul Ananda dan Persebaya yang Kembali ke Situasi Krisis
Persebaya terpuruk membuat Azrul Ananda mundur dari posisi Presiden dan CEO tim Bajul Ijo. (ANTARA FOTO/MOCH ASIM)

SURABAYA, FaktualNews.co – Kiprah Azrul Ananda sebagai Presiden Klub Persebaya Surabaya berakhir. Azrul menyatakan mundur dari Bajul Ijo mulai akhir musim ini, Jumat (16/9/2022).

Azrul menjabat sebagai Presiden Klub sejak 2017. Itu setelah Persebaya diakui kembali sebagai anggota PSSI pada 8 Februari. Sebelumnya Persebaya tak diakui PSSI karena ikut tampil di Liga Primer Indonesia.

Setelah diterima PSSI, saham mayoritas Persebaya diakuisisi PT Jawa Pos Sportainment sebanyak 70 persen. Dalam sebuah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Ulik, sapaan Azrul, ditetapkan sebagai Direktur Utama (CEO).

Status ini membuat Azrul langsung bergerak cepat. Ia diminta membawa Persebaya kembali ke kasta tertinggi, karena diputuskan PSSI tampil dari Liga 2. Waktu dua bulan setengah langsung dimaksimalkan.

Meski persiapan minim, Persebaya akhirnya bisa menjadi kampiun. Pada partai final tim yang ketika itu diasuh Angel Alfredo Vera tersebut mengalahkan PSMS dengan skor 3-2 lewat dua kali tambahan waktu 15 menit.

Pada musim itu Persebaya membukukan 16 kemenangan, 7 kali imbang, dan dua kali kalah dari 25 pertandingan. Hal ini melambungkan nama Azrul yang adalah jebolan Universitas Negeri California, Sacramento.

Tampil di kasta tertinggi mulai musim 2018, persiapan Persebaya tak begitu baik. Ini karena Liga 2 2017 berakhir setelah Liga 1 2017 rampung. Saat itu bursa transfer sudah berlangsung.

Dengan segala keterbatasan Persebaya bersiap. Azrul mematok target tim kelahiran 1927 tersebut berada di papan tengah atas. Sebagai tim promosi Azrul berpikir realistis.

Hasilnya Persebaya menempati peringkat kelima. Ini pencapaian istimewa. Dalam semusim tim yang ditangani Alfredo Vera yang kemudian dilanjutkan Bejo Sugiantoro itu menang 14 kali, imbang 10 kali, dan kalah 12 kali.

Musim berikutnya Azrul mematok target lebih besar. Dengan kondisi keuangan yang mulai stabil, targetnya adalah masuk lima besar. Tak dinyana Persebaya malah berhasil menjadi runner up kompetisi.

Dari 34 pertandingan musim 2019, Persebaya meraih 14 kemenangan, 12 kali imbang, dan 8 kali kalah. Hanya saja Persebaya tak berhak tampil di Piala AFC karena satu tiket kontinental diberikan ke juara Piala Indonesia.

Performa yang terus menanjak, membuat Azrul semakin berani. Dengan tegas putra Dahlan Iskan itu ingin Persebaya meraih gelar juara musim 2020. Secara keuangan pun Persebaya semakin mapan.

Sayang pandemi Covid-19 datang. Rencana klub yang matang pun berantakan. Situasi ini yang membuat Persebaya agak oleng, sebab ketika klub lainnya mengetatkan kantung, Persebaya tetap komitmen menggaji pemain.

Kendati demikian Azrul tak menyerah. Saat Liga 1 2021/2022 digelar dengan sistem gelembung, Persebaya mencoba bangkit. Hasilnya tim yang diasuh Aji Santoso tersebut masuk lima besar.

Skuad Muda dan Lingkaran Setan

Menatap Liga 1 2022/2023, Persebaya Surabaya tak bisa lagi percaya diri seperti musim 2020. Ini karena keuangan klub benar-benar rontok dihantam pandemi.

Dalam sejumlah talkshow dan wawancara, Azrul menyebut Persebaya rugi hingga puluhan miliar. Situasi ini membuat Persebaya harus mengetatkan kantong dalam urusan belanja pemain menjelang Liga 1 2022/2023.

Pemain-pemain inti tak bisa dipertahankan. Mereka yang pergi itu adalah Samsul Arif, Rachmat Irianto, Ricky Kambuaya, Arif Satria, Ady Setiawan, Reva Adi, dan Oktafianus Fernando.

Dua pemain asing andalan, Alie Sesay dan Taisei Marukawa juga pergi. Banyaknya pemain yang hengkang membuat Aji Santoso harus menyusun kekuatan ulang. Dalam hal ini pemain muda dicoba menjadi pilar utama.

Situasi ini membuat performa Persebaya tidak optimal. Dalam turnamen pramusim Piala Presiden 2022 Persebaya tak membukukan kemenangan. Mereka hanya sekali imbang dan sisanya kalah.

Lima laga awal Persebaya di Liga 1 2022/2023 pun mengecewakan. Rizki Ridho dan kawan-kawan sekali menang, tiga kali kalah, dan sekali imbang. Terakhir Persebaya kembali kalah dalam tiga laga beruntun.

Kekalahan beruntun ini membuat Bonek, kelompok suporter Persebaya ngamuk. Mereka melampiaskan kekecewaan dengan merangsek ke lapangan Stadion Gelora Delta Sidoarjo dan merusak sejumlah fasilitas.

Tak sampai 24 jam dari peristiwa tersebut Azrul secara resmi menyatakan mengundurkan diri dari jabatan CEO atau Presiden Klub. Surat pengunduran akan segera dikirim dan ia memastikan proses transisi hingga akhir musim ini.

Kerusuhan yang dibuat Bonek dengan tuntutan manajer tim mundur, juga Aji mundur, tak bisa diterima Azrul. Menurunnya performa, kata Azrul, tak lain karena kesalahannya sebagai orang nomor satu klub.

Dalam pandangan Azrul, yang disampaikan dalam jumpa pers pengunduran diri, situasi di Persebaya dan klub eks-Perserikatan saat ini seperti lingkaran setan. Suporter menekan klub dengan tidak realistis.

Posisi Persebaya yang sedang mencoba bangkit dengan skuad muda, setelah mengalami kerugian besar, tak bisa dipahami suporter. Mereka inginnya menangan dan juara tanpa mengetahui situasi dan kondisi klub.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Azrul telah resmi menyatakan mundur dan tak akan menjilat ludahnya. Kiprah Azrul selama lima tahun dengan gelar Liga 2 2017 menjadi sejarah prestisius.

Dengan kata lain, selama lima tahun lebih mengasuh Persebaya, Azrul mempersembahkan 47 kemenangan di kompetisi resmi. Bukan pencapaian yang istimewa, tetapi status elite Persebaya telah dikembalikan Azrul.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah
Sumber
CNN Indonesia