FaktualNews.co

Ketua FKUB Jatim: Rumah Ibadah Jangan Dijadikan Tempat Kegiatan Politik

Politik     Dibaca : 492 kali Penulis:
Ketua FKUB Jatim: Rumah Ibadah Jangan Dijadikan Tempat Kegiatan Politik
FaktualNews/Risky Didik Pramanto/
Ketua FKUB Provinsi Jatim Kiai A. Hamid Syarif.

SURABAYA, FaktualNews.co – Guna mengantisipasi terjadinya polemik keagamaan di Jawa Timur, Polda Jatim gandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Timur, menggelar Forum Grup Diskusi (FGD) Pada Kamis (29/9/2022) siang.

Ada satu topik tunggal saat FGF digelar. Yakni meningkatkan kerukunan umat beragama di jatim.

“Penyelesaian permasalahan agama di jatim ini bertingkat, urusan permasalahan kerukunan beragama ini di level Kabupaten/ Kota. Kita tidak mempunyai kewenangan otonomi, itulah persoalannya jadi semua harus di selesaikan di kabupaten/kota,” jelas Ketua FKUB Provinsi Jatim Kiai A. Hamid Syarif.

Sementara itu saat ditanya soal adanya tabloid Anis Baswedan yang tersebar di rumah ibadah yang ada di Malang, Jawa Timur. Pihaknya menjelaskan, bahwa pihaknya tidak mentolelir rumah atau tempat ibadah dijadikan kegiatan politik. Karena itu netral hanya khusus rumah ibadah.

“Kalau dijadikan kegiatan politik itu tidak benar, bahkan saya mengimbau kepada pemilik rumah ibadah di daerah untuk melarang. Bisa-bisa harus buat pelakat, bahwa rumah ibadah dilarang dijadikan kegiatan politik,” tegas dia.

Seperti yang terjadi di Malang beberapa waktu lalu, tersebar tabloid Anis Baswedan, dengan judul “Kenapa Harus Anies”?.
Menyikapi hal ini, ketua FKUB menyampaikan bahwa penyebaran tabloid itu ketidaktahuan pengurus masjid tiba-tiba ada tabloid.

“Bahwa itu termasuk kecolongan. Bisa jadi ada orang jahat memang meletakkan tabloid itu dan yang dituduh masjid atau pengurus. Padahal yang menaruh bukan takmir,” jelas dia.

“Misalnya ada yang meletakkan koran, masa ya harus pamit. Karena niatnya sudah berbeda dengan semula, tau-tau nanti dijadikan publikasi bahwa tempat ibadah adalah menyebarkan atau memperbanyak tabloid dari satu agama, jadi sasarannya bisa politik atau fitnah,” tambahnya.

Guna mengantisipasi hal itu, harus dilakukan pemberdayaan pengurus takmir yang harus berjaga. Kalau pengurus dari suatu rumah ibadah tidak ada maka kecolongan.

“Orang pergi ke masjid orang menilai itu untuk beribadah untuk sholat tapi ini disalagunakan, masa kita curiga orang pergi ke masjid,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Mufid