FaktualNews.co

Pasca Tragedi Kanjuruhan Malang

Ultras Garuda Mojokerto Desak PSSI Hentikan Pertandingan Sepak Bola Malam Hari

Peristiwa     Dibaca : 567 kali Penulis:
Ultras Garuda Mojokerto Desak PSSI Hentikan Pertandingan Sepak Bola Malam Hari
FaktualNews.co/Lutfi.
Ratusan suporter sepak bola di Mojokerto menggelar aksi bakar lilin dan doa bersama untuk sepak bola Indonesia pasca tragedi Kanjuruhan, Malang.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Pasca tragedi di Stadion Kajurahan, Malang, yang merenggut nyawa ratusan orang, Ultras Garuda Mojokerto mendesak PSSI menghentikan pertandinga sepak bola pada malam hari.

Hal itu diungkapkan perwakilan Ultras Garuda Mojokerto, Devi Firman Alhakim usai menggelar acara bakar lilin, tabur bunga, dan doa bersama untuk sepak bola Indonesia di depan Kantor Pemerintahan Kota (Pemkot) Mojokerto, Senin (3/10/2022) malam.

Bukan tanpa sebab, Ultras Garuda Indonesia menilai, melihat langsung pertandingan sepak bola di stadion pada malam hari sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak dan perempuan.

“Hentikan jam malam, hentikan pertandingan malam, ini perlu diketahui. Itu berbahaya sekali untuk anak-anak, perempuan, tidak nyaman untuk para pendukung. Kan begini, banyak teman-teman dari kami Ultras Garuda Indonesi atau suporter di daerah-daerah mengalami kecelakaan di malam hari, pelecehan seksual di malam hari sepulang nonton pertandingan sepak bola,” katannya di hadapan wartawan.

Bahkan, tegas Devi, Ultras Garuda Indonesia sejak setahun terakhir mencoba melayangkan protes terhadap PSSI agar tidak menggelar pertandinga malam hari. Namun, protes itu diabaikan pihak PSSI.

Ia mensinyalir, pihak PSSI dan stasiun televisi pemilik hak siar lebih mementingkan bisnis, karena tayang pada jam prime time.

“Kami sudah protes, akan tetapi PSSI mengabaikan hal itu, karena mungkin hasil kajian dari kami mementingkan prime time hak siar tayang, mungkin mereka akan dirugikan,” tandasnya.

Dalam kesempatan ini, Ultras Garuda Mojokerto menginisiasi doa bersama untuk sepak bola Indonesia menyusul  tragedi Kanjuruhan. Ratusan suporter berbagai klub sepak bola juga turut hadir. Antara lain, Bonek, Viking, The Jak, MP Loyalis, dan Aremania. Mereka mengusung tagline ‘Doa Bersama Sepak Bola Indonesia’.

Acara dimulai dengan menyalakan lilin sebagai tanda duka cita dan keprihatinan terhadap tragedi Kanjuruhan usai pertandingan  Arema FC melawan Persebaya, Sabtu malam pekan lalu. Lalu dilanjutkan orasi dari perwakilan masing-masing sporter klub sepak bola secara berganti. Kemudian ditutup dengan doa bersama akan para korban tragedi di Kanjuruhan.

Kegiatan ini dijaga ketat TNI dan Polri. Turut hadir dalam kesempatan itu Kapolres Mojokerto Kota, AKBP Wiwit Adisatri.

Selain bertujuan doa bersama, kata Devi, kegiatan ini untuk menghapus stigma masyarakat yang mengatakan suporter bola selalu berperilaku anarkis. Melalui kegitan ini, pihaknya ingin menunjukkan jika selama ini suporter antar klub sepak bola di Mojokerto hidup rukun.

“Kita ingin menunjukkan ke publik kalau suporter itu tidak searogan itu. Kita hidup rukun kok di Mojokerto,” katanya usai doa bersama.

Adanya tragedi di Stadion Kanjuruhan, membuat semua suporter sepak bola terpukul. Ia berharap, pemerintah pusat maupun daerah bisa segara mengusut tuntas apa yang sebenarnya terjadi. Ia menilai, banyak kenjanggalan-kejangalan penyebab tragedi kanjurahan yang memakan ratusan korban, baik meminggal dunia ataupun terluka.

Devi menegaskan, sangat berharap ada evaluasi besar-besaran dari pihak PSSI, Panpel, dan aparat keamanan.

“Kejadian ini banyak kejanggalan-kejanggalan. Harapannya adalah evalusi total dari mulai Panpel, PSSI, dan bagaimana aparat keamanan bekerja. Kita punya harapan agar dievalusi total, agar tidak terjadi seperti itu. Nyawa satu aja sangat berharga, apalagi 100 lebih,” tegasnya.

Seperti diketahui, kericuhan terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang berakhir 2-3 untuk Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober.

Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk lapangan. Kerusuhan semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya.

Petugas pengamanan, kemudian berusaha mencegahnya dengan melakukan pengalihan agar suporter tidak dalam lapangan untuk mengejar pemain. Dalam prosesnya, petugas melakukan tembakan gas air mata.

Gas air mata dilepaskan karena pendukung Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan sudah terlalu anarkistis dan membahayakan keselamatan pemain dan ofisial.

 

 

 

 

 

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin