FaktualNews.co

Ekspresi Kemarahan, Stadion Kanjuruhan Malang Penuh Coretan Hujat Aparat

Nasional     Dibaca : 765 kali Penulis:
Ekspresi Kemarahan, Stadion Kanjuruhan Malang Penuh Coretan Hujat Aparat
Coretan dengan ACAB dan kode 1312 berada di dinding Stadion Kanjuruhan, Malang, Selasa (4/10). ACAB adalah akronim All Cops Are Bastards. Dalam bahasa slang di Amerika, kata "Bastards" biasanya digunakan untuk mengumpat kepada seseorang.(CNN Indonesia/Andry Novelino)

MALANG, FaktualNews.co – Wajah Stadion Kanjuruhan, Malang, dipenuhi coretan berisi makian kepada aparat kepolisian pada Selasa (4/10/2022). Beberapa di antaranya bertuliskan ACAB dan 1312.

Coretan di dinding stadion itu seolah menjadi ekspresi kemarahan sejumlah orang atas Tragedi Kanjuruhan yang menelan korban seratusan orang meninggal dunia.

Kode 1312 yang merujuk urutan abjad pada akronim ACAB, adalah simbol kelompok antipolisi. ACAB sendiri merupakan singkatan dari All Cops Are Bastards atau ‘semua polisi adalah bajingan’.

Kelompok suporter sepak bola yang antipolisi juga ikut menggunakan slogan ini.

Slogan ACAB mulai populer di dunia setelah sutradara Sidney Hayers membuat film dengan judul identik pada 1971. Slogan ini juga dipopulerkan grup musik punk ‘The-4 Skin’ dengan judul yang sama pada era 1980-an.

Di Indonesia, ACAB mulai populer pascareformasi 1998. Belakangan polisi juga memantau kelompok yang diidentifikasi mengamalkan slogan ACAB karena dituding sebagai aktor perlawanan terhadap polisi.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di Stadion Kanjuruhan, coretan 1312 dan ACAB mulai terlihat pada Selasa (4/10) pagi. Tulisan itu umumnya dibuat dengan cat semprot.

Sejumlah coretan lain yang terpampang di stadion itu di antaranya ‘polisi pembunuh’, ‘gas air mata vs air mata ibu’, ‘god will pay cash’, ‘no justice no peace’, ‘tendang, lari, ngarang’, dan ‘usut tuntas’.

Coretan-coretan ini sebelumnya tidak banyak terlihat hingga Senin (3/10) malam, sekitar pukul 21.00 WIB. Saat ada kegiatan tahlilan di Kanjuruhan, coretan-coretan itu belum ada. Diduga, aksi coret-coret itu dilakukan pada tengah malam.

Tak ada upaya penghapusan coretan tersebut hingga Selasa (4/10) sore.

Bahkan sejumlah warga berfoto dengan latar coretan tersebut. Mereka seakan mendukung isi pesan coretan tersebut.

“Usut tuntas. Polisi harus tanggung jawab. Tangkap Panpel Arema,” kata dua orang pelajar yang sedang berfoto dengan latar coretan ACAB dan kode 1312.

Puluhan coretan dinding berkode 1312 mulai menghiasi Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah tragedi yang menewaskan seratusan penonton pada Sabtu (1/10) malam.

Seorang pedagang di Stadion Kanjuruhan mengaku tidak tahu kapan coretan di dinding itu dibuat. Menurutnya, saat pulang berdagang pada Senin (3/10) sore, belum ada coretan bernada kritis tersebut.

“Saya enggak tahu. Kemarin belum ada. Ini pagi pas mau buka warung sudah ada begini. Ya, mau gimana lagi. Ini kan suara hati mereka yang kecewa kawan-kawannya meninggal pas Sabtu [1/10] kemarin,” ucap salah satu pedagang.

Sutrisno, salah satu Aremania atau fan Arema FC datang melihat situasi Stadion Kanjuruhan. Dia pun tidak tahu siapa yang membuat tulisan tersebut. Menurutnya, tidak penting siapa yang mencoret-coret itu.

“Yang penting kan isinya, bukan siapa yang nyoret. Kalau dibaca kan, isinya minta usut tuntas kejadian pada 1 Oktober itu. Itu pesan pentingnya. Kalau bisa jangan dihapus sampai ada yang jadi tersangka,” kata Sutrisno.

Tak hanya di area stadion, banyak pula spanduk bernada protes bertebaran di sepanjang Jalan Malang Raya. Kebanyakan isinya mengkritisi, menghujat, serta mengutuk aksi kekerasan polisi dan penembakan gas air mata ke arah penonton.

Tidak semua spanduk bertuliskan ACAB 1312. Namun, umumnya nada protes itu minta aparat penegak hukum mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan seratusan orang.

“Yang memasang spanduk-spanduk itu ya anak-anak sini. Mereka kan Aremania. Kalau buat saya enggak apa-apa. Ini kan suara hati mereka. Daripada spanduk politik mendingan spanduk arek-arek Malang,” kata seorang pedagang di Kota Malang.

Coretan dengan kode 1312 berada di dinding Stadion Kanjuruhan, Malang, Selasa (4/10). (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Penembakan gas air mata oleh aparat kepolisian diduga menjadi pemicu kerusuhan yang mengakibatkan seratusan orang meninggal dunia pada tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam.

Tragedi Kanjuruhan memakan korban 125 orang meninggal berdasarkan data Polri. Sedangkan data Dinas Kesehatan Malang menyebut jumlah korban meninggal 131 orang.

Jumlah yang jauh berbeda dicatat Aremania, pendukung Arema FC, yakni mencapai lebih dari 200 orang.

Hingga kini polisi masih melakukan investigasi. Pemerintah pun membentuk tim independen pencari fakta untuk mengurai persoalan. Inilah tragedi terbesar sepanjang sejarah sepak bola Indonesia, bahkan yang paling mematikan kedua di dunia.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Tim Redaksi FN
Sumber
CNN Indonesia