JEMBER, FaktualNews.co – Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan di Kabupaten Jember dimintai uang sejumlah Rp 2,5 juta saat mengantar jenazah korban ke rumah duka.
Hal itu di sampaikan Nurlaela, kakak dari korban bernama Faiqotul Hikmah (22) warga Jalan MH Thamrin, Lingkungan Gladak Pakem, Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari, Jember.
Keluarga korban dimintai sejumlah uang oleh petugas dan sopir ambulans untuk bisa mengantar jenazah ke Jember.
Uang itu, kata Nurlaela, sebagai biaya transportasi mengantar jenazah korban dari Malang ke Jember.
“Awalnya memang ada telepon dari temannya (korban) kalau Faiq (panggilan akrab Faiqotul Hikmah) tidak ada (meninggal). Saat itu disampaikan juga, kalau mobil ambulans saat itu full. Saya pun berusaha cari mobil dari sini (Jember), sampai jam 1 tidak ada,” kata Nurlaela saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di rumahnya.
Ia pun bingung mencari mobil di Jember, agar bisa menjemput adiknya yang meninggal di Malang. Berselang dua jam kemudian, kata Nurlaela, ada telpon lagi dari teman korban di Malang.
“Terus telepon lagi temannya di sana (Malang), dibilang ada mobil ambulans. Sekitar pukul 3 Subuh. Kemudian disampaikan, harus bayar. Saya jawab ya sudah tidak apa-apa. Walaupun biaya, pokoknya jenazah adik saya bisa pulang. Waktu itu disampaikan biayanya Rp 2,5 juta,” ungkapnya.
Dengan adanya kabar itupun, Nurlaela bersama keluarga korban yang lain, berusaha cari pinjaman ke tetangga.
“Ya namanya agar bisa segera pulang jenazah adik saya, ya saya carikan. Alhamdulillah ada, jenazah adik saya pun dapat dipulangkan ke Jember,” ucapnya.
Terkait adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya transportasi pengiriman jenazah dari Malang, tetangga dan kerabat korban, Efendi juga membenarkan. Namun dengan adanya biaya transportasi itu, menurutnya, dinilai keterlaluan.
“Beliau menjawab iya sesuai dengan yang disepakati dengan keluarga. Sebelum itu jam 3 pagi dikabari. Kemudian saat mobil ambulans sudah sampai sekitar pukul 6 pagi. Kita bingung, kena musibah kok malah dimintai uang. Wong kita kena musibah. Juga bingung mau cari pinjaman kemana,” kata Efendi.
“Apalagi namanya juga seorang ibu, saat keadaan berduka itu. Inginnya jenazah anaknya segera sampai di rumah. Akhirnya memang dapat ada pinjaman dengan uang sekian banyak,” katanya.
Namun karena masih ragu, katanya, Efendi pun masih kembali sempat bertanya soal biaya transportasi mobil ambulans tersebut.
“Saat itu saya yang membayar, tapi saya tanya lagi ‘Apa benar ini membayar?’ Dijawab ‘iya mas apa yang disepakati oleh kami (mobil ambulans) dengan pihak keluarga uang sebesar Rp 2,5 juta’ Terus terang, kami bayar itu. Karena yang penting anak kami sampai di sini (rumah). Uang itu diserahkan oleh kakak kandung almarhum. Sudah setelah itu pulang. Saat saya tanya, katanya itu uang untuk Biaya transportasi,” ungkapnya.
Efendi menegaskan, terkait adanya kabar jika untuk biaya mengantar jenazah ke Jember gratis, Efendi pun menampik kabar tersebut.
“Makanya terkait kabar yang beredar tidak ada uang untuk (biaya transportasi) ambulans. Itu salah. Itu benar, dan memang saya alami kemarin. Uang itu saya kasih ke yang mengawal, juga ada seorang perempuan pakai seragam. Orangnya ya ada di dalam mobil ambulans itu,” tandasnya.