JEMBER, FaktualNews.co – Rumah seorang perempuan bernama Khosyiatul Magfiroh warga Jalan Ikan Paus 4, Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kaliwates, Jember. Digeruduk banyak perempuan muda (mbak-mbak).
Perempuan berumur 29 tahun itu diduga menjadi owner investasi bodong dan arisan online. Namun terkait penggunaan dana yang dihimpun tidak bisa dipertanggung jawabkan, justru banyak merugikan anggotanya.
Akhirnya, perwakilan anggota investasi bodong dan arisan online itu mendatangi rumah perempuan yang akrab dipanggil Vivi itu. Mereka menuntut pengembalian uang yang digunakan Vivi.
Kedatangan sejumlah perempuan muda itu, mengaku sebagai korban dugaan investasi bodong dan arisan online.
Mereka didampingi seorang kuasa hukum. Karena dimungkinkan terkait kasus dugaan investasi bodong dan arisan online itu, akan dilanjutkan dengan proses hukum.
“Para korban ini datang ke rumah Bu Vivi dan Pak Jimmy, atau Bu Khosyatul Maghfiroh. Untuk menuntut pengembalian dana-dana investasi, arisan, dan lain-lain. Bu Vivi ini diduga sebagai owner dari persoalan ini semua,” kata Alananto, kuasa hukum para korban saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Sabtu (15/10/2022).
Permasalahan ini, kata pria yang juga akrab disapa Alan ini, sebenarnya sudah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Tapi selama ini, katanya, hanya janji saja yang disampaikan.
“Sehingga dari emosi yang memuncak, maka para korban ini mendatangi rumah terduga owner ini,” katanya.
Terkait modus dugaan investasi bodong dan arisan online yang dilakukan Vivi, kata Alan, adalah meyakinkan para peserta atau korban, dengan beberapa program untuk menipu daya korban.
“Istilahnya ada Dapin, Duos, trio dan program-program lain. Apa yang membuat tertarik, tentu iming-iming profit. Dengan disampaikan (owner) kisaran 20-30 persen. Sehingga dengan profit itu membuat orang tertarik. Apalagi didukung tenggang waktu beragam. Ada 15 hari, 20 hari, 25 hari, dan macam-macam,”ulasnya.
“Dengan nilai transfernya, sekali pengiriman uang juga macam-macam ada Rp 20 juta, ada juga nominal yang lebih. Tanpa ada jaminan, yang unsurnya saling kepercayaan. Apalagi kepada owner,” sambungnya menjelaskan.
Para peserta atau korban, lanjutnya, dimasukkan dalam satu grup aplikasi dan medsos.
“Yang (peserta atau korbannya), tidak hanya dari Jember. Ada dari Banyuwangi, Kalimantan, Tuban, dan Surabaya. Dimana para korban ini awalnya dari pertemanan, kemudian saling mengenal dan ada yang ikut. Intinya kepercayaan pertemanan. Mereka (para korban dengan owner) saling bertemu,” ujarnya.
Namun setelah berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun. Muncul banyak persoalan, terlebih lagi owner dari investasi bodong dan arisan online itu.
“Dengan kemudian ada daftar nama yang sudah ada. Tapi ada bukti yang nanti akan kami ungkapkan, jika nama-nama (daftar peserta) investasi atau arisan juga kami duga banyak yang fiktif. Kenapa gitu? Karena disampaikan sendiri oleh korban. Saat tadi di mediasi, jika daftar nama banyak yang fiktif. Juga mulai tidak lancarnya transfer profit kepada para anggota,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut salah satu anggota investasi bodong dan arisan online. Rere mengatakan, jika nominal uang yang diduga disalahgunakan owner dengan nominal bervariasi.
“Untuk kerugian kita masing-masing peserta macam-macam. Saya rugi Rp 680 juta, ada teman itu Rp 150 juta, juga ada yang Rp 80 juta. Itu semua uang pribadi kita. Bahkan jika dihitung kasar total Rp 3-4 Miliar,” ujar Rere.
Namun setelah ikut menjadi peserta, lanjut Rere, tiga bulan terakhir dirinya mengaku ada hal yang mengganjal.
“Awalnya lancar saat ikut investasi atau arisan yang ditawarkan owner ini. Tapi lama-lama tidak bisa bayar, dengan telpon menyampaikan berbagai alasan. Tapi ya memang untuk lancar ini, maksudnya hanya profitnya saja yang diberikan kepada peserta. Kita percaya. Bahkan waktu kolep pun (kondisi kesulitan keuangan). Owner ini masih bisa bayar profit yang dijanjikan, entah uang darimana,” ulasnya.
“Mulai terasa ada yang tidak benar, sekitar awal Agustus kemarin. Transferan (baik profit atau pengembalian dana) mulai macet. Ditunda terus,” imbuhnya.
Senada dengan Rere, peserta investasi bodong dan arisan online lain. Fitri mengatakan, dirinya juga menjadi korban yang sama.
“Awal ada transferan masuk. Tapi itupun tidak sampai Rp 5 juta seperti yang dijanjikan. Yang tidak masuk 20-30 persen yang dijanjikan,” katanya.
“Apalagi dalam tawaran investasi ini, owner padahal dapat profit 10 persen dengan alasan untuk admin.
Dari sinilah awal kecurigaan kami,” sambungnya.