Proyek Tak Terbayar Pemkab, Kontraktor di Jember Ini Banting Setir Jual Mi Ayam
JEMBER, FaktualNews.co – Triyatno Whisnu Wisanto, laki-laki warga Jalan Kalimantan nomor 74, Kecamatan Sumbersari, Jember, sejak awal puasa tahun 2021 lalu berjualan mi ayam di pinggir Jalan Kalimantan, Jember.
Dia berjualan mi ayam dari pukul 17.00 WIB, dan tutup sekitar pukul 23.00 WIB.
Membuka usaha berjualan mi ayam yang dilakoninya sekarang, merupakan keterpaksaan. Karena desakan ekonomi dan memiliki banyak utang banyak di bank.
Pria berumur 40 tahunan itu, dulunya seorang kontraktor. Namun karena alasan modal raib tak terbayar akibat ikut proyek Pemkab Jember. Kini berjualan mi ayam menjadi pilihan untuk mendapat penghasilan.
“Dulu saya adalah kontraktor yang menggarap proyek wastafel saat pandemi Covid-19 di eranya Bupati Faida. Saya pemilik CV. Besuki Triyatno Dwisanto dan menggarap proyek wastafel itu, keluar modal Rp 526 juta. Itu semua modal saya saat menjadi kontraktor,” ujar Triyatno saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (15/10/2022) malam.
Triyatno mengaku menggarap proyek wastafel sekitar Oktober 2020. Kala itu dirinya mendapat proyek di 22 titik lokasi wilayah barat Jember.
“Sudah ada SPJnya, garapan saya di sekitar Kecamatan Tanggul. Kewajiban sudah diserahkan ke penerima manfaat Desember tahun 2020,” ujarnya.
Namun entah karena alasan apa, lanjut Triyatno, proyek yang digarap tidak memberikan hasil dan hingga saat ini belum terbayar.
“Sehingga karena uang habis, tidak punya modal lagi. Apalagi untuk menggarap proyek itu saya pinjam modal ke bank dulu. Yang ada sekarang, saya punya tunggakan pinjaman uang ke bank Rp 10,4 juta selama dua tahun. Karena saya tidak punya uang lagi, bahkan menunggak 8 bulan. Sekarang saya banting setir jualan mi ayam ini,” ujarnya.
Terkait kondisi yang dialami, Triyatno masih mengaku beruntung. Karena meskipun memiliki tunggakan utang di bank, dirinya tidak mengalami tekanan soal penagihan utang.
“Pihak bank tiap bulan menagih, Tapi karena bank BUMN tidak ekstrem menagihnya. Tapi yang saya khawatirkan, sampai kapan saya harus membayar utang ini. Apalagi Ssaya pakai jaminan rumah warisan di Kebonsari (Kecamatan Sumbersari),” ungkapnya.
Dari penghasilannya berjualan mi ayam, lanjutnya, sampai saat ini belum bisa banyak membantu.
“Tapi ya demi menyambung hidup. Apapun dilakoni dulu. untuk nyambung hidup dan menunggu keajaiban. Siapa tahu wastafel ini dapat terbayar. Mungkin dari bapak bupati bisa melihat. Penderitaan kami, kondisi rekanan wastafel (belum terbayar) sudah parah,” ujarnya.
“Apalagi tidak saya saja yang seperti ini. Kondisi teman-teman yang lain juga sama, ada yang dicerai istrinya, ada yang berjualan kopi di pinggir jalan, dan persoalan-persoalan lain,” imbuhnya.