Kewirausahaan

Pria Mantan Napi Narkoba di Jember, Bisnis Cutting Sticker Beromset Puluhan Juta Rupiah

JEMBER, FaktualNews.co – Yulius Mahendra Aji warga Jalan Otto Iskandardinata, Dusun Kresek, Desa Pancakarya, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, pernah terlibat kasus narkoba sekitar tahun 2013 lalu.

Akibat perilakunya itu, pria yang akrab disapa Yulius ini, harus menjalani masa tahanan sekitar 4 tahun di Lapas Madura, Jawa Timur.

Dari perilaku yang diakuinya negatif itu, Yulius mengaku menyesal dan berusaha bangkit dari jerat negatif menggunakan narkoba.

Ditengah usahanya bangkit dari pengaruh narkoba, juga berusaha meningkatkan pendapatan ekonomi. Sampai akhirnya, kini Yulius memiliki usaha cutting sticker dengan omset Rp 80 juta per bulan.

“Saya akui dulu sekitar tahun 2013 pernah terlibat kasus narkoba. Saat itu saya sedang pesta dengan teman-teman di sebuah diskotik. Tapi kemudian diringkus BNN (Badan Narkotika Nasional). Saya pun menjalani proses hukum. Sampai kemudian dipidana dengan menjalani hukuman 4 tahun,” kata Yulius saat dikonfirmasi di rumahnya, Sabtu (22/10/2022).

Sekitar tahun 2016 bebas dari tahanan, Yulius mengaku kala itu hidupnya untuk bangkit dari keterpurukan dirasa cukup berat.

“Mulai dari lingkungan yang masih berusaha mempengaruhi, juga dari keluarga juga ada yang mencibir. Saya akui, sebagai seorang yang pernah masuk Lapas sangat sulit untuk diterima kembali dengan baik,” akunya.

Terkait persoalan bisnis pun untuk mendapatkan pemasukan secara ekonomi, katanya, juga masih cukup sulit.

“Sampai kemudian saya bersama seorang teman, yang masih mau menerima saya. Berusaha mencoba usaha sarang walet. Modal waktu itu Rp 10 juta,” katanya.

Namun sayang, dalam prosesnya bangkit membuka usaha, malah menemui banyak persoalan. Hingga kemudian, usaha yang dirintis dan baru berjalan setahun harus berhenti di tengah jalan.

“Ada persoalan dengan teman saya. Ya namanya bisnis. Jadinya agak susah. Akhirnya sekitar tahun 2017 berhenti,” ucapnya.

Dikala masih sulit untuk meningkatkan ekonomi lewat jalan berwirausaha. Yulius pun nekat banting stir dan merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

“Saat itu, saya pilih merantau ke Jakarta. Alhamdulillah ada perusahaan mobil yang mempekerjakan saya sebagai marketing. Kala itu, kebetulan saya juga pengalaman bekerja di bidang otomotif sebelum kasus narkoba. Sebagai kepala perusahaan jual beli mobil. Jadi Alhamdulillah diterima kerja,” ucapnya.

Disela bekerja sebagai seorang marketing mobil, Yulius mengaku tertarik sebuah potensi usaha khususnya di bidang cutting sticker. Saat diketahuinya di Jakarta.

“Di Jakarta usaha cutting sticker menurut saya menjanjikan secara ekonomi. Tapi lebih banyak yang berminat dengan teknik wrapping sticker mobil. Nah sambil tetap bekerja, saya juga mendalami usaha sticker itu sekitar tahun 2018,” katanya.

“Untuk pekerjaan marketing mobil, saya manfaatkan mengumpulkan database konsumen mobil. Sekaligus mempelajari bisnis sticker itu. Tidak lama, setelah tiga bulan saya resign dari marketing mobil dan pulang ke Jember,” sambungnya.

Terkait usaha cutting sticker dan kemudian memahami teknik wrapping sticker. Diungkapkan Yuluis, teknik wrapping sticker memberikan manfaat untuk menjaga penampilan mobil.

“Saat diwrapping sticker. Cat mobil asli ditutupi dengan sticker khusus dari bahan vinyl sejenis bahan karet, yang bermanfaat untuk melindungi cat. Jadi kualitas cat tetap terjaga dan terlindungi. Sehingga bermanfaat menjaga nilai jual mobil. Kan catnya tetap mulus dan terjaga mirip cat mobil baru. Selain itu tampilan mobil beda, tanpa harus ganti cat aslinya,” ulas pria yang juga putra dari Ketua PHRI Jember itu.

Usaha awal cutting sticker, dilakukan dengan ikut bekerja dan investasi modal dengan teman. Yulius memilih di Situbondo bukannya di Jember tempat asalnya.

“Awal usaha cutting sticker tahun 2019 awal, di sana ikut teman dulu di Situbondo. Karena di sana saya rasa persaingan tidak sulit. Disana (Situbondo), ilmu yang saya dapat di Jakarta diterapkan, termasuk bahan untuk wrapping sticker yang saya tahu saya tawarkan dari berbagai jenis. Dari yang jenis biasa, sampai paling bagus tapi murah. Sehingga ada keuntungan yang saya dapat,” ucapnya.

Yulius juga menambahkan, ditengah upayanya berwirausaha. Diakui olehnya, ditengah proses itu juga bertemu dengan calon istri yang ikut mendukung usahanya.

Untuk omset yang didapat per bulan, lanjutnya, dari usaha cutting sticker khususnya teknik wrapping sticker mobil, diakui Yulius, di luar espektasinya.

“Awal memang gak ada hasilnya. Masih sulit, karena jenis bahan sticker untuk wrapping sticker mobil, masih yang jenis paling rendah yang lebih banyak dipilih. Tapi dengan keyakinan, alhamdulillah akhirnya banyak yang tertarik. Sehingga omset saya Rp 60 – 80 juta per bulan. Bersihnya saya dapat Rp 25 juta per bulan,” ungkapnya.

“Selain itu, dari upaya saya berwirausaha. Ada dukungan juga dari calon istri kala itu. Jadi tambah alhamdulillah, sampai akhirnya menikah kehidupan ekonomi saya pun mulai bangkit dan menjadi lebih baik,” ucapnya.

Dari usaha yang berjalan di Situbondo itu, Yulius pun mulai berani membuka sendiri di Jember.

“Dengan nama tempat usaha cutting sticker saya King Sticker, saya pun membuka usaha di Jember rumah saya. Alhamdulillah sampai sekarang,” pungkasnya.