JAKARTA, FaktualNews.co – Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Aip Syarifuddin membantah pernyataan Badan Pangan Nasional bahwa stok kedelai tinggal tersisa 7 hari.
“Saya percaya informasi 7 hari (stok kedelai habis) itu salah. Karena waktu rapat perdagangan minggu lalu, masih ada stok 160.000 ton,” ujar Aip saat dihubungi, Senin (24/12/2022).
Aip mengatakan, rapat tersebut diundang oleh Badan Pangan Nasional, serta peserta rapat mencakup Kementerian Perdagangan dan 20 perusahaan importir kedelai.
Pemerintah menyerahkan kebijakan impor kedelai ke swasta seluruhnya, sehingga stok kedelai impor berasal dari swasta.
“Kebutuhan kedelai seluruh Indonesia sebanyak 3 juta ton satu tahun, jadi 1 bulan kebutuhannya 250.000. Setahu kami stoknya selalu ada walaupun harganya selalu naik. Kita sudah gerah, sudah capek,” tuturnya.
Menurut Aip, pengrajin tahu tempe biasanya menyetok kedelai 2-3 hari. Setelah itu, mereka memenuhi pasokan kedelai dengan membeli di pasar.
Aip menyebut, proses impor kedelai memerlukan waktu pengiriman 1 – 2 bulan dari Amerika dan Argentina. Apabila stok kedelai akan habis, maka jutaan pengrajin tahu tempe tidak bisa bertahan.
“Kami tidak tahu menyiasati-nya, karena pembelian kedelai harian akibat kami tidak punya modal. Modal hanya cukup (untuk stok) 1-2 hari,” sambung Aip.
Melonjaknya harga kedelai di kisaran Rp 13 ribu – Rp 15 ribu, lanjut Aip, membuat pengrajin tahu tempe mengurangi produksi tahu dan tempe hingga 20 persen. Bahkan, ada pengrajin yang bangkrut karena sudah tidak memproduksi lagi.
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional/Nasional Food Agency (NFA) menyebut kondisi ketersediaan kedelai sudah sangat mengkhawatirkan. Sebab, berdasarkan data yang dimiliki NFA, stok kedelai hanya tersisa 7 hari.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, menjelaskan kedelai merupakan komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia.
Menurut dia, ketersediaan kedelai yang hanya tinggal 7 hari tentu akan berpengaruh terhadap kehidupan pengrajin tahu dan tempe di wilayah Pulau Jawa.
“Kondisi pangan kita, kedelai 7 hari. Ini yang sangat perlu diperhatikan, kalau di daerah Jawa, di daerah pengrajin tahu-tempe maka kedelai menjadi fungsi menjadi komoditas yang sangat diperlukan,” kata Astawa dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Selatan, Senin (24/10)