Peristiwa

Singkap Tata Ruang Situs Bhere Kahuripan di Mojokerto, Ekskavasi Tahap 5

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Tim ekskavasi kembali melakukan penggalian di area situs Bhere Kahuripan yang diyakini sebagi tempat pendharmaan Tribhuana Tunggadewi, penguasa ketiga Kerajaan Majapahit.

Ini merupakan ekskavasi tahap ke 5 situs yang berada di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Pada tahun 2021, telah diekskavasi dan berhasil mengungkap seluruh struktur bangunan utama candi.

Ekskavasi kali ini akan berlangsung selama 30 hari, terhitung sejak 24 Oktober 2022. Hal ini untuk menargetkan menyingkap tata ruang sekaligus menemukan komponen candi yang dibangun pada masa Raja Hayam Wuruk tersebut.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Muhammad Ichwan menyampaikan, penggalian dilakukan di empat titik sekitar situs Bhere Kahuripan. Yakni, di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi, di bagian timur lapangan sepakbola atau sebelah barat candi, di sebelah utara balai tani atau sebelah barat lapangan sepakbola, serta di sebelah barat balai tani sekitar 300 meter dari candi.

“Tujuan ekskavasi sebagai upaya mencari data untuk mengungkap struktur dan komponennya di Situs Bhre Kahuripan. Ekskavasi 30 hari dengan luasan sekitar 1.500 meter persegi,” kata Ichwan kepada wartawan di lokasi, Selasa (25/10/2022).

Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur itu menjelaskan, di titik ekskavasi pertama, lanjut Ichwan pihaknya melanjutkan hasil penggalian arkeologi tahap 4. Pada saat itu dditemukan dinding tebal membentang sekitar 36 meter dari utara ke selatan.

Tebal tembok berbahan bata merah kuno ini 140 cm.  Selain itu terdapat sejumlah tonjolan berbentuk pilaster di sisi barat tembok. Masing-masing pilaster seluas 100 x 100 meter persegi. Jarak antar pilaster sekitar 6 meter.

“Terdapat umpak-umpak batu, itu kita cari bagaimana bentuk denah dan dimensinya,” ujarnya.

Di titik sebelah utara balai tani ini, berjarak sekitar 150 meter di sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi, tim ekskavasi akan membuka 45 kotak gali. Penggalian hari pertama ekskavasi tahap 5 sudah membuka 4 kotak tersebut. Sehingga nampak dua dinding sejajar membentang kurang lebih 30 meter dari selatan ke utara. Jarak antar dinding 160 cm.

Ichwan menyebut, bangunan serupa dinding itu mengindikasikan pagar.

“Dilihat dari indikasinya kayak semacam pagar. Itu baru empat kotak (yang dibuka),”

Titik ketiga ekskavasi berjarak sekitar 15-20 meter di sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi. Tim dari BPK Wilayah XI Jatim bakal menggali 57 kotak di bagian timur lapangan sepakbola Desa Klinterejo. Mereka memburu struktur pagar yang membentang dari selatan ke utara.

“Dari ekskavasi sebelumnya ditemukan struktur yang indikasinya pondasi gapura. Kami mencoba mencari pagar sayap gapura itu ke arah utara,” ungkap Ichwan.

Sementara, titik keempat ekskavasi  berjarak sekitar 10-15 meter di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi. Disitu, tim ingin membuktikan anomali dari lokasi yang berupa gundukan tanah.

“Disisi utara candi, ini masih anomali, kita ingin membuktikan ada strukstur atau apa yang terkait dengan situs itu (Bhere Kaburipan),” sambung Ichwan.

Sejauh ini, kata Ichwan, pihaknya belum berani berhipotesis antara bangunan utama Candi Bhere Kahuripan dengan empat titik ekskavasi ini masih dalam satu area.

“Masih dalam pencarian. Secara semi makro atau untuk mengetahui lebih luas, inilah kami laksanakan ekskavasi. Justru itulah kami ingin mencari bagaimana pola atau ruangan situs Bhre kahuripan,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, hasil ekskavasi tahun 2021 setidaknya telah membuka keseluruhan lahan situs Bhre Kahuripan kurang lebih 1500 meter persegi (m2). Tim BPK Wilayah XI Jawa Timur berhasil menampakkan struktur Candi berbahan andesit dengan dimensi 14 x 14 m, pintu masuk di sisi barat.

Selain struktur candi juga ditemukan struktur pondasi diduga Mandhapa dengan dimensi 20 x 15 m berbahan bata, posisi berada sekitar 20 m di barat laut dari struktur candi Bhre Kahuripan.

Menariknya, juga ditemukan struktur pondasi diduga Gapura masuk sekitar 35 m di sisi barat dari Struktur Candi Bhre kahuripan atau berada di sudut barat daya dari struktur Mandhapa. Namun secara keseluruhan struktur Gapura masih berada di sisi selatan yaitu berada di lahan perkebunan tebu tanah milik Desa Klinterejo dan disewa untuk kebu tebu oleh warga.

Selanjutnya, juga ditemukan batu Astadikpalaka yang dapat disimpulkan bahwa situs tersebut telah ada di era kerajaan Majapahit. Astadikpalaka sendiri merupakan sebuah nama-nama dewa atau kelompok dewa penjaga arah mata angin di mitologi kepercayaan Hindu

Nama-nama dewa tersebut antara lain, Indra sebagai penjaga arah timur, Agni sebagai penjaga arah tenggara, Yama sebagai penjaga arah selatan, Nirruti sebagai penjaga arah barat daya, Waruna sebagai penjaga arah barat, Wayu sebagai penjaga arah laut, Kuwera sebagai penjaga arah utara, dan Isana sebagai penjaga arah timur laut.

Adanya ukiran Astadikpalaka dalam sebuah batuan dapat disimpulkan dari kajian bangunan suci di era klasik adalah sebagai tempat pemujaan atau tempat yang suci.

Adapula prasasti yang tertera tahun 1294 saka atau 1372 masehi. Menurut Kitab Pararaton, tahun tersebut adalah tahun wafatnya ibunda Hayam Wuruk, Tribuana Tunggadewi atau Bhre Kahuripan. Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari prasasti Singasari (1351), diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.

Menurut Ichwan, Candi ini diduga kuat dibangun pada masa Hayam Wuruk untuk mendarmakan ibunya.

“Candi ini dibangun pada masa Hayam Wuruk untuk mendarmakan ibunya, Tribhuwana Tunggadewi,” pungkasnya.