FaktualNews.co

Berniat Wadul Masalah Jarak Cuci Darah Jauh dan Biaya Tinggi

Komunitas Gagal Ginjal di Situbondo Gagal Temui Dewan

Peristiwa     Dibaca : 808 kali Penulis:
Komunitas Gagal Ginjal di Situbondo Gagal Temui Dewan
Komunitas pasien cuci darah (KPCD) yang menjadi pasien gagal ginjal di RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo, mendatangi kantor DPRD Situbondo.

SITUBONDO, FaktualNews.co– Sedikitnya tujuh orang perwakilan Komunitas Pasien Cuci Darah (KPCD) pasien gagal ginjal di RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo, mendatangi kantor DPRD Situbondo. Mereka ingin mencari solusi agar tempat mencuci darah bisa dilakukan di RSD Besuki dan RSD Asembagus, Situbondo, Jumat (28/10/2022).

Sayangnya, tujuh perwakilan pasien gagal ginjal tersebut gagal bertemu para anggota DPRD Situbondo, sebab para wakil rakyat sedang reses. Sehingga mereka hanya ditemui Hari Mintoraharjo Kabag AKD Sekretariat DPRD Kabupaten Situbondo.

“Saya dan teman-teman wajib melakukan cuci darah setiap satu minggu satu kali. Jika tidak dilakukan, mungkin tidak dosa. Hanya saja nyawa kami menjadi taruhannya. Kalau kami tidak melakukan cuci darah, pasti badan kami bengkak, cairan tidak bisa keluar, dan bisa-bisa mati,” kata Bachtiar, Jumat (28/10/2022).

Dia menceritakan, sulitnya penderita gagal ginjal yang harus menempuh perjalanan dari Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, ke RSU Situbondo.

Dengan menempuh jarak sekitar 45 KM itu, dia yang masih usia muda sudah mengeluh apalagi orang yang sudah umur 45 hingga 50 ke atas. Yang pasti dalam perjalanan selalu beristirahat.

“Saya kalau naik motor dari Besuki ke Kota Situbondo harus istirahat dua kali di jalan. Saya sudah tidak kuat kalau langsung jos. Apalagi penyakitnya lebih parah dari saya dan umurnya lebih tua dari saya, pasti tambah lelah,” katanya.

Pria asal Desa Blimbing, Kecamatan Besuki menegaskan, bukan hanya berangkatnya saja, kalau berbicara balik ke Besuki dengan mengendarai sepeda motor pasti tambah capek. Sebab, darahnya sudah dicuci, tanganya sudah disuntik dan segala macam perawatan yang dilakukan tim medis.

“Ingin berangkat sudah sulit pulangnya lebih sulit. Pokoknya, saya dan teman-teman benar berjuang. Kalau bahasa KPCD menempuh jarak jauh hanya untuk memperpanjang nyawah,” bebernya.

Bahtiar menegaskan, selain biaya tranportasi uang makan juga lumayan besar. Dari Besuki ke Kota Situbondo tidak cukup membawa uang Rp 50 ribu.

Setiap kali berangkat untuk mencuci darah minimal habis uang Rp 100 ribu dari berangkat hingga pulang, itupun hanya ongkos tranportasi. Lain lagi biaya pokok lainnya. Sedangkan dalam satu minggu harus dua kali cuci darah, berati dalam satu bulan ada 8 kali cuci darah. Sehingga total yang dihabiskan dalam satu bulan saja Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.

“Ongkos transport dari Besuki menuju Situbondo memerlukan biaya Rp 15 ribu, ongkos becak dari halte menuju RSUD bayar Rp 10 ribu, ongkos pulang ( becak ) dari RSUD menuju halte sekitar 10 ribu. Terakhir ongkos pulang dari Situbondo menuju Besuki sekitar Rp 15 ribu. Belum lagi kebutuhan pokok lain seperti obat dan makan,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, lanjut Bahtiar, pihaknya meminta Pemkab Situbondo, agar melakukan kajian dan memikirkan nasib dari penderita gagal ginjal. Keinginan dari mereka sangat sederhana, yaitu menginginkan cuci darah bisa dilakukan di RSUD Besuki.

“Kami memohon kepada pemerintah agar RSUD di wilayah Besuki bisa disediakan hemodialisasi (alat cuci darah). Jika tidak bisa pemerintah bisa menyediakan alat tranportasi agar beban penderita gagal ginjal tidak terlalu jauh untuk cuci darah,” pintanya.

Sementara itu, Hari Mintoraharjo Kabag AKD Sekertariat DPRD Situbondo mengatakan, sebetulnya sudah sempat menyampaikan kepada ketua komisi IV DPRD Situbondo. Bahkan, komisi IV sudah menindaklanjuti. Sehingga bagian BPJS dipanggil, dinas kesehatan juga sudah dipanggil. Yang menjadi kendala, adalah BPJS yang tidak bisa melakukan cuci darah di rumah sakit dengan tipe D.

“Saya pribadi, sudah menyampaikan keluhan tersebut kepada komisi IV DPRD, dan menyampaikan kepada ketua DPRD juga selesai. Bahkan kepada Wakil Bupati Nyai Hj Khoirani juga disampaikan. Namun, hingga kini, belum ada jawaban yang bisa memuaskan KPCD,” katanya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Aris