FaktualNews.co – Ketergantungan Singapura terhadap Indonesia rupanya cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari pasokan bahan bakar gas untuk kebutuhan pembangkit listrik Negeri Singa yang selama ini berasal dari Indonesia.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, keputusan Pemerintah Indonesia memperpanjang kontrak penjualan gas alam ke Singapura telah mempertimbangkan banyak hal. Secara geopolitik misalnya, cukup strategis bagi Indonesia.
“Hal tersebut secara tidak langsung dapat dilihat ada ketergantungan Singapura kepada kita. Dapat juga dilihat bahwa ada hubungan bilateral yang baik antara Indonesia-Singapura,” ungkap Komaidi kepada CNBC Indonesia, Senin (31/10/2022).
Meski demikian, Komaidi berpesan supaya dalam kontrak terbaru tersebut dapat dimasukkan sebuah klausul yang menyebutkan jika konsumsi gas Indonesia sudah meningkat sepenuhnya, maka bisa dilakukan renegosiasi kontrak. Ini dilakukan supaya kedua belah pihak bersiap dengan berbagai skenario yang ada.
“Termasuk bagi Singapura jika nantinya dihentikan oleh Indonesia, mereka sudah siap alternatifnya,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya memastikan Indonesia bakal memperpanjang kontrak penjualan gas ke Singapura. Adapun kontrak gas yang sedianya berakhir pada 2023 tersebut selanjutnya akan diperpanjang hingga lima tahun ke depan atau sampai 2028.
Menteri ESDM Arifin Tasrif membeberkan bahwa Singapura telah meminta bantuan agar Indonesia tetap memasok gas bumi. Mengingat, negeri Singa masih memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap sumber gas RI.
“Kita masih ada gasnya jadi kita kasih, jadi perpanjang lima tahun. Lima tahun dulu. Kita punya pasokan, ada yang perlu kita kan harus bantu membantu,” ungkap Arifin, Jumat (28/10/2022).
Arifin menilai, jangka waktu kontrak penjualan gas ke Singapura hingga lima tahun mendatang mempertimbangkan kondisi pasok gas yang ada di dalam negeri. Bahkan volume yang diekspor untuk kontrak terbaru ini akan mengalami penurunan dibandingkan kontrak yang sebelumnya.
“Nggak sama, karena demand dalam negeri lagi naik kemudian juga sumur-nya juga udah mulai berkurang produksinya. Demand dalam negeri makin banyak,” kata Arifin.
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z. Yunus menyebut, jumlah volume gas ke Singapura yang kontraknya diperpanjang ini mencapai 160-180 miliar British thermal unit per hari (BBTUD).
Taslim mengatakan, perpanjangan kontrak penjualan gas dilakukan dengan pertimbangan masih terdapatnya kelebihan gas di tahun-tahun tersebut. Terutama yang belum dapat diserap oleh domestik secara sepenuhnya.
“Perpanjangan pasokan gas ekspor ke Singapura (GSPL) tahun 2023 adalah 160 BBUTD. Kemudian, tahun 2024-2028 yakni 180 BBUTD,” kata dia kepada CNBC Indonesia, Senin (31/10/2022).
Perlu diketahui, Singapura cukup bergantung pada gas Indonesia untuk sumber energi pembangkit listriknya. Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.
Lantas, berapa besar total gas yang diimpor dari Indonesia?
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada 2020, setidaknya ada tiga kontrak ekspor gas RI ke Singapura dengan pasokan minimal sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Artinya, hampir 60% pasokan gas Singapura memang berasal dari Indonesia.