Pohon Bangkal di Jember Menangis dan Keluarkan Aroma Wangi, Ini Penyebabnya
JEMBER, FaktualNews.co-Pohon setinggi kurang lebih 20 meter di pinggir jalan raya sekitar Dusun Curah Bamban, Desa Tanggul Wetan, Kecamatan Tanggul, Jember, menjadi pusat perhatian warga. Sebab pohon tersebut meneteskan air, dan disebut warga tampak seperti menangis.
Menurut warga pohon jenis bangkal itu tampak seperti menangis, sejak tiga hari yang lalu. Meskipun kondisi cuaca cerah dan panas, dari bagian batang atau ranting pohon mengeluarkan tetesan air.
Bahkan kata salah seorang warga sekitar Ali Mustafid, tetesan air tersebut juga mengeluarkan aroma wangi.
“Awalnya saat kita berada di bawah pohon itu kayak (seperti) gerimis. Padahal saat itu cuaca cerah. Kondisi itu dialami satu pohon itu, anehnya kok bisa banyak airnya,” kata Ali saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Jumat (4/11/2022).
Tetesan air yang tampak itu, katanya, keluar dari ujung-ujung ranting pohon. “Kejadiannya sejak Selasa (1/11) kemarin, keluar tetesan air itu sekitar sejak pukul 7 pagi,” ucapnya.
Warga sekitar pun tampak heboh, kata Ali, bahkan menyebut jika pohon bangkal itu sedang menangis. “Airnya itu menetes gitu mas. Masyarakat sekitar sih heran mas, kok bisa pohon ini seperti menangis gitu,” ungkapnya.
“Apalagi juga ada muncul seperti aroma wangi itu, harum. Ya kita gak mau berpikir mistis, tapi memang nyatanya ada,” imbuhnya.
Terpisah terkait fenomena yang dinilai unik tersebut, menurut Ahli Konservasi Sumberdaya Alam Prodi Teknik Pertanian FTP (Fakultas Teknik Pertanian) Universitas Jember (Unej), Dr. Idah Andriyani. STP., MT., IPM, dinilai bukan suata hal yang aneh.
Keluarnya tetesan air dari ujung ataupun batang pohon tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Karena merupakan fenomena alam yang alami, dan tidak berkaitan dengan suatu hal mistis. “Untuk fenomena pohon menangis, itu adalah fenomena alam yang biasa terjadi di musim hujan,” kata Idah saat dikonfirmasi di tempat kerjanya Unej.
Idah menjelaskan, tanaman itu secara biologis ada beberapa peristiwa, atau mengalami proses metabolisme secara alami. “Diantaranya adalah proses fotosintesis, respirasi, atau juga transpirasi. Yakni proses alami dimana tanaman mengeluarkan air dari permukaan batang. Secara normal itu terjadi setiap hari,” jelasnya.
Kemudian kalau ditanya kenapa kok menangis? Idah menjelaskan, karena ada satu proses metabolisme lain yakni gutasi. “Atau proses dari pelepasan zat cair dari batang, daun, atau sebagainya. Saat kondisi transpirasi atau kondisi lingkungan, tidak memungkinkan untuk berubah menjadi gas. Tapi berubah menjadi zat cair. Atau dijelaskan, Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun,” ulasnya.
Artinya hal itu bisa terjadi dikala kondisi air banyak, tapi sinar matahari kurang. “Sehingga air yang keluar dari bagian tanaman tidak menjadi gas, atau udara seperti kita bernapas. Tapi malah menjadi seperti embun,” katanya.
Namun demikian tetesan air yang keluar dari tanaman itu, tidak kemudian disebut juga sebagai embun. “Karena kalau embun udara di sekililing tanaman. Karena proses pendinginan, (gas) tadi menjadi cairan. Untuk gutasi itu, airnya dari dalam tanaman itu, melepaskan kelebihan air yang diserap tanaman pada saat transpirasi tidak terjadi. biasanya, pada malam hari saat tekanan akar positif, maka tumbuhan menyerap air (secara) berlebihan,” jelasnya.
“Sehingga kemudian masyarakat melihatnya seperti menangis itu,” pungkasnya.