SITUBONDO, FaktualNews.co – Mencari lumut laut di sejumlah pantai Situbondo menjadi mata pencarian baru yang hasilnya menggiurkan. Bahkan, dalam satu tahun terakhir lumut laut sudah menjadi primadona pekerjaan baru bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Situbondo.
Bayangkan saja, dalam sepekan para pencari lumut laut bisa mendapat penghasilan sebesar Rp2 juta, sehingga puluhan warga berebutan untuk mencari lumut laut di sepanjang pantai Situbondo, saat air mulai surut di pantai.
Broto (52), seorang pencari lumut laut asal Desa Peleyan, Kecamatan Panarukan, Situbondo mengatakan, mencari lumut laut mempunyai penghasilan yang cukup besar. Bahkan, dalam sepekan bisa mendapat penghasilan sebesar Rp2 juta.
“Mencari lumut laut tidak butuh modal solar atau pertalite. Kami cukup menunggu air surut baru turun mengumpulkan lumut. Makanya, saya bersama warga beralih profesi menjadi pencari lumut laut, mengingat penghasilannya cukup besar,” ujar Broto, Rabu (9/11/2022).
Menurutnya, dalam sehari dirinya bisa mendapat lumut laut
antara 10 sak hingga 20 sak. Setelah itu dikeringkan di pinggir pantai.
Untuk yang sudah kering ditumpuk menunggu satu pekan. Setelah itu dijual kepada tengkulak yang rutin datang setiap minggu.
“Harga lumut laut sebesar Rp1500 per kilogram, namun jika total setiap minggu saya bisa mendapat penghasilan sebesar Rp 2 juta lebih,” bebernya.
Lebih jauh Broto menegaskan, untuk mendapat penghasilan yang besar. Yang terpenting pekerja tidak takut dengan dingin dan siap berpanas-panasan di bawah terik matahari.
“Untuk mendapatakan satu kilogram cukup lama, dari lumut yang tipis itu harus dijemur hingga kering. Pas ditimbang lumut yang satu sak hanya dapat 7 kilogra. Tapi kalau dianggap kerja sambil olah raga pasti semangat. Apalagi kalau sudah ada tengkulak menjemput, panas satu minggu bisa hilang seketika lihat hasilnya,” imbuhnya.
Broto mengatakan, untuk pencari lumut seperti dirinya sudah mendapatkan bantuan alat dari tengkulak. Alat yang diberikan berupa penutup lumut begitu hujan. Ada jaring untuk lamak penejemuran lumut, serok dan sejumlah peratan untuk mengambil lumut.
“Alhamdulillah, warga divasilitisi semua oleh tengkulak. Kita tinggal bekerja. Modalnya tidak ada cukup siap turun mengumpulkan lumut dan hasilnya diambil sendiri,” tuturnya.
Broto menambahkan, yang bekerja di pinggir pantai tersebut mencapai 50 orang lebih. Selain itu, pencari juga tidak dibatasi, setiap warga yang ingin mengambil tidak ada larangan. Yang penting mau bekerja.
“Lumut dipinggir pantai ini bebas diambil siapa saja, tidak ada ketentuan dari siapapun. Cuman pekerja yang sudah dapat alat bantuan dari tengkulak tidak boleh menjual kepada tengkulak yang lain. Kalau seperti itu, tengkulaknya yang tengkar,”pungkasnya.