SITUBONDO, FaktualNews.co-Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI, tanam 6.000 bibit mangrove pada tiga pesisir pantai di Kabupaten Situbondo. Tujuan penanaman ini sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya abrasi, Rabu (15/11/2022).
Penanam bibit mangrove secara simbolis dilakukan Direktur Jenderal (Ditjen) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kemendes PDTT, Eko Sri Haryanto, yang didampingi Sekdakab Situbondo di Pantai Cemara, Desa Duwet, Kecamatan Panarukan, Situbondo.
Eko Sri Haryanto mengatakan, sebanyak 6.000 bibit mangrove sudah ditanam di tiga wilayah, yakni Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran, Pantai Blekok, Kecamatan Kendit, dan Pantai Cemara, Kecamatan Panarukan. Salah tujuannya, untuk mengantisipasi terjadinya abrasi di pesisir pantai Situbondo.
“Jadi yang sekarang ini (penanaman bibit mangrove di Pantai Cemara -red) ini hanya simbolis saja. Kami ingin membangun ekosistem laut yang baik,” ujar Eko Sri Haryanto, Rabu (16/11/2022).
Menurut dia, masyarakat pesisir Situbondo terbilang aktif dalam menjaga ekosistem laut. Itu merupakan salah satu kesadaran masyarakat yang perlu mendapat apresiasi.
“Banyak masyarakat sini (Situbondo -red) yang minta pantai di wilayahnya ditanami mangrove. Kalau sudah ada kemauan dari warganya ini biasanya hasilnya memuaskan,” bebernya.
Lebih jauh pria yang dipanggil Eko menegaskan, dari total sebanyak 6.000 bibit mangrove yang ditanam di pesisir pantai Situbondo, yakni jenis mangrove Blue Flycatcher. “Jadi hanya satu jenis yang kita tanam, karena jenis mangrove blue flycatcher tersebut cocok di wilayah Situbondo,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekdakab Situbondo Wawan Setiawan mengatakan, Bupati Karna Suswandi sangat mengapresiasi upaya Kemendes PDTT yang telah melakukan penanaman bibit mangrove di pesisir pantai Situbondo.
“Syukur alhamdulillah Bapak Dirjen ada kegiatan ini, karena wilayah Situbondo ini memiliki panjang pantai sekitar 150 kilometer yang terbentang dari Banyuglugur hingga Banyuputih. Jadi penanaman bibit mangrove ini sangat bermanfaat bagi kami,” ujarnya.
Menurutnya, semenjak tahun 1990 an luas hutan mangrove di Situbondo mulai mengalami penurunan. Salah satunya diakibatkan adanya pembangunan tambak di pesisir pantai.
“Kalau kita lihat data, pada tahun 1990 an kita memiliki hutan mangrove sekitar 300 hektare. Kemudian tahun 2000 an menurun sekitar 9,9 hektare. Terus menurun lagi hingga 20 persen, sehingga hutan mangrove kita tinggal sekitar 200 hektare,” bebenya.
Wawan berharap penanaman mangrove bisa dilakukan merata di sepanjang pesisir pantai Situbondo. “Karena bibit mangrove ini sangat rentan mati. Usia tiga tahun saja masih rawan mati dan pertumbuhannya sangat lamban. Pengalaman Pak Dirjen dari penanaman hanya sekitar 30 persen saja yang berhasil hidup,” katanya.
“Oleh karena itu, kami minta kepada Pak Kades Duwet dan perangkatnya untuk menjaga dan merawat bibit mangrove yang baru ditanam ini. Karena memang ada sejenis virus yang menempel dibatangnya dan kalau itu tidak dihilangkan akan mematikan tanama tersebut,” pungkasnya.