SURABAYA, FaktualNews.co-Dipaparkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim bila sepanjang tahun 2022, tercatat ada 15.212 permohonan dispensasi nikah di Jawa Timur. Dari jumlah kasus tersebut, 80 persen di antaranya hamil duluan.
BKKBN Jatim menyebut salah satu pencetusnya, karena minim pendidikan seks di Indonesia. BKKBN mendorong pemerintah dan seluruh masyarakat bekerja sama memberikan edukasi kepada remaja, agar terhindar seks bebas.
Kepala BKKBN Jatim Dr dr Hasto Wardoyo SpOG (K) mengatakan tingginya permohonan dispensasi nikah tidak hanya terjadi di Jawa Timur saja. Namun yang menjadi perhatian adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, karena kurangnya pengetahuan tentang seks pada remaja Indonesia.
“Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu. Upaya kita untuk melakukan seksual education secara komprehensif masih menemui banyak tantangan,” kata Hasto saat dikonfirmasi, Jumat (20/1/2023).
Menurut Hasto, pendidikan seks bukan memberikan edukasi bagaimana berhubungan seks. Tetapi lebih pengenalan alat reproduksi, fungsi, serta bagaimana menjaga dan merawatnya sebagai upaya pencegahan terjadinya berbagai penyakit, baik perempuan maupun laki-laki di masa mendatang.
“Untuk itu melalui Program Generasi Berencana atau GenRe, BKKBN mencoba untuk memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya. Perwakilan BKKBN Jawa Timur telah berhasil menjembatani sinergi antara lintas sektor di dalam pembinaan remaja, memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan positif remaja, dan bersama-sama remaja mengembangkan kegiatan yang akrab yang sesuai dengan kebutuhan remaja melalui Insan GenRe,” jelasnya.
GenRe sendiri dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran program, yakni remaja yang berusia 10-24 tahun tapi belum menikah, mulai siswa SMP, SMA hingga mahasiswa yang belum menikah.
Adapun tiga masalah remaja yang saat ini berusaha diselesaikan BKKBN, yakni tingginya pernikahan dini, pergaulan atau seks bebas dan penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza). “Saya yakin jika remaja khususnya remaja baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free seks,” ujarnya.
Pada perempuan di bawah usia 20 tahun, lanjut Hasto, bentuk serviks perempuan yang masih menghadap keluar. Sehingga bila tersentuh alat kelamin laki-laki maka akan sangat rawan dan sangat berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Bila sudah terpapar HPV maka dalam kurun waktu 7 hingga 20 tahun ke depan, bisa berpotensi terjadi kanker serviks atau kanker mulut rahim.
“Saat saya menjadi Bupati Kulonprogo selama dua periode, pendidikan seks sudah saya masukkan ke mata pelajaran Penjaskes (Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan). Bisa dilihat bagaimana dispensasi nikah di sana dan jumlah kehamilan atau kelahiran pada remaja rendah. Ini bisa dijadikan contoh untuk daerah lain,” pungkasnya.