MOJOKERTO, FaktulNews.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopukmperindag) kembali menggelar pelatihan menjahit. Di tahun 2023 ini, animo masyarakat mengikuti pelatihan tersebut cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Kepala Diskopukmperindag Kota Mojokerto, Ani Wijaya mengatakan, pelatihan menjahit telah digelar secara rutin setiap tahun. Pada tahun 2022 hanya diikuti hanya 60 orang. Namun, tahun 2023 ini bertambah menjadi 150 orang.
“Animo masyarakat sangat tinggi, ketika pendaftaran yang daftar sampai 200 orang. Tapi sebenarnya kuota kita hanya 100 orang. Kita tambahkan kuota 50, jadi 150 orang,” katanya dihadapan peserta pelatihan menjahit dan Walikota Mojokerto, Ika Puspitasari, di Gedung Workshop Alas Kaki Surodinawan, Jum’at (3/3/2023).
Materi yang diberikan pun berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini para peserta diberikan materi pembuatan gamis anak-anak sekaligus kerudung. Harapannya, lanjut Ani, setelah pelatihan para peserta langsung dapat pesanan karena mendekati momen bulan Ramadhan. Selain dilatih menjahit, para peserta juga diberikan pembelajaran terkait harga produk dan strategi pemasaran.
“Pelatihan ini sepenuhnya didanai oleh APBD 2023. Program ini selaras dengan komitmen Walikota Mojokerto yang ingin memajukan UMKM,” terangnya.
Walikota Mojokerto, Ika Puspitasari mengapresiasi animo masyarakat, terutama para ibu-ibu yang antusias mengikuti pelatihan di Gedung Workshop Alas Kaki Surodinawan. “Artinya ini menunjukkan antusiasme masyarakat yang ingin bergerak di bidang jasa cukup besar,” katanya dihadapan peserta pelatihan menjahit.
Ia menjelaskan, Kota Mojokerto memiliki produk unggulan dari Industri Kecil Menengah (IKM) berupa alas kaki berupa sepatu dan sandal. Dimana, di gedung workshop alas kaki setiap harinya tidak berhenti memproduksi dan selalu ramai pemesanan.
Maka, lanjut perempuan yang akrab Ning Ita itu, tidak menutup kemungkinan industri kecil lain juga berpotensi untuk dikembangkan. Salah satunya garmen. Menurutnya, kebutuhan masyarakat tehadap pakaian sama halnya dengan kuliner. “Selagi masih ada manusia garmen masih dibutuhkan,” tandasnya.
Ning Ita mencontohkan, ketika terjadi bencana alam, para korban tidak hanya butuh bantuan berupa makanan saja, namun kebutuhan sandang juga tak kalah penting. Oleh sebab itu, ia berharap para peserta pelatihan menjahit dapat menangkap peluang tersebut.
Disisi lain, Pemkot Mojokerto juga berupaya mencarikan pemesan buah karya warga Kota Mojokerto dengan mengandalkan jaringan lintas sektor. “Kalau keahlian menjahit ini dimiliki warga Kota mojokerto maka bisa dikenal dengan industri garmen dan dapat menaikkan sumber pendapatan warga,” jelasnya.
Ning Ita bercerita, beberapa waktu lalu ia bertemu dengan ketua Muslimat Sumenep yang juga merupakan Wakil Bupati Sumenep, Dewi Khalifah. Dalam kesempatan itu Dewi memaparkan bahwa peluang ekspor baju seragam Muslimat untuk PCI Muslimat di timur tengah sangatlah besar. Ini berpotensi digarap oleh warga Kota Mojokerto jebolan pelatihan menjahit.
“Saya berdialog dengan Ketua Muslimat Sumenep. Beliau bilang kalau nanti ada order dalam jumlah besar, maka Kota Mojokerto akan ditunjukkan untuk menggarap,” ujarnya.
Ia menambahkan, kouta peserta pelatihan ini sengaja tidak terlalu banyak agar pelatihan berjalan efektif. “Kalau terlalu banyak orang nanti ilmu tidak nyantol,” pungkas Ning Ita.