FaktualNews.co

Perempuan di Jember Harus Jadi Enterpreneur, Juga Cerdas Untuk Sikapi Soal Stunting

Gaya Hidup     Dibaca : 343 kali Penulis:
Perempuan di Jember Harus Jadi Enterpreneur, Juga Cerdas Untuk Sikapi Soal Stunting
Giat Diskusi Womenpreneur Dian bersama puluhan aktifis dan pegiat sosial perempuan di Jember

JEMBER, FaktualNews.co – Sebagai sosok seorang perempuan yang memiliki kemampuan enterpreneur atau akrab disebut Wanitapreneur. Dian Indriasari Indra mengajak diskusi dan saling berinteraksi dengan kurang lebih puluhan aktifis dan pegiat perempuan di Jember.

Kegiatan diskusi yang digelar di aula Ballroom Shapire III Aston Hotel Jember itu, bertema ‘Perempuan Adalah Kekuatan‘. Dengan maksud untuk saling belajar dan berbagi, bagaimana menjadi sosok perempuan saat ini yang harus mampu memiliki kemampuan enterpreneur dan cerdas dalam menyikapi persoalan sosial.

Seperti halnya persoalan stunting dan meminimalisir soal Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB).

“Jember sekarang lebih maju dan banyak perubahan yang menuju ke perkembangan kabupaten modern. Dulu masa kecil saya sekolah di SDN Jember Kidul 18, kemudian karena bisnis keluarga pindah ke Jakarta. Banyak perubahan di Jember ini,” kata Dian, Kamis (16/3/2023).

Namun dari perubahan Jember saat ini, kata perempuan yang juga masih warga asli Kecamatan Tanggul ini, sosok perempuan asli Jember perlu memiliki skill tambahan terlebih di bidang enterpreneur.

“Saya saat ini juga dalam konteks saling belajar. Dari hasil diskusi dengan teman-teman dan rekan-rekan pegiat sosial ataupun aktifis perempuan di Jember. Penilaian sementara saya, kalau saya lihat, perempuan di Jember itu (masih) terkungkung juga dengan adat istiadat, lingkungan dan agama. Jadi perempuan itu (bisa dibilang) belum lebih maju dari laki-laki,” ujarnya.

Sosok seorang perempuan di zaman atau era Revolusi Industri 4.0, tambahnya, merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri.

“Dimana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Menurut saya, seorang perempuan itu harus mandiri, maju, harus punya uang banyak. Dengan begitu, dia bisa membantu sesama perempuan. Kita pun juga harus bisa setara dengan laki-laki,” katanya.

Dalam lingkup rumah tangga atau keluarga, lanjutnya, sosok perempuan dituntut bisa membagi waktu dengan anak, suami, dan tentunya lingkungan. “Jadi Bukan berarti kita menjadi perempuan atau ibu rumah tangga terus kita stop, tentunya kita harus berkarya juga,” ujarnya.

“Maaf ya, terkait problematika rumah tangga. Kadang (menghadapi) suami semena-mena, kebanyakan karena perempuannya lemah. Jadi hidupnya tergantung dengan suami. Jadinya dia seperti pasrah. Makanya kan banyak masalah rumah tangga. Tapi tentunya tetap menghormati sosok laki-laki sebagai kepala keluarga,” tuturnya menjelaskan.

Kemudian bicara persoalan stunting yang notabene berkaitan dengan kebutuhan gizi, lanjutnya, maka sosok perempuanlah yang lebih paham. “Saat tugas pak suami mencari nafkah, maka perempuan harus cerdas dalam menentukan kebutuhan gizi. Namun kita akui, persoalan dari masyarakat ekonomi ke bawah, pendidikan yang kurang, maka mereka tidak mengerti bagaimana caranya menentukan kebutuhan gizi. Juga mungkin, maaf faktor keuangan (pendapatan),” ulasnya.

“Tapi dengan mau belajar dan jadi cerdas. Maka kebutuhan gizi bisa didapat dari manapun. Makanan asupan bergizi kan banyak, murah bisa dari sayur mayur atau makanan lain yang terjangkau. Nah mau belajar dan cerdas memanfaatkan gadget atau informasi lewat medsos tidak hanya hal-hal joget tiktok, itu menjadikan sosok perempuan cerdas. itu pentingnya paham Revolusi Industri 4,0,” ujarnya.

Jika bicara soal kekurangan penghasilan atau persoalan kemiskinan. Perempuan yang juga Fungsionaris DPP Partai Golkar ini, juga berharap adanya peran serta dari pemerintah daerah untuk memberikan perhatian.

“Gizi yang baik, kalau orangtuanya mampu terus ada uang. Bisa membeli susu atau vitamin ke dokter, bahkan cek Up. Kalau tidak ada uang ya agak susah. Itu yang harus pemerintah perhatikan juga,” kata Dian.

Sebenarnya perempuan itu hebat, dia bisa bekerja di bidang apa saja. Apalagi di zaman sekarang. “Perempuan itu kalau sudah gerak, dia bisa lebih 10 langkah lebih maju daripada laki-laki. Tapi kembali lagi tergantung dari masyarakatnya. Kalau di Jakarta kebanyakan perempuan lebih sukses. Kalau perempuan lebih bergerak, biasanya laki-laki lebih kalah. Karena kita lebih ngoyo, niat kita lebih ke anak (perhatian dan kepedulian kepada keluarga),” tuturnya.

“Maka dari itu, dari giat diskusi ini. Kita akan saling belajar, juga meniti satu persatu persoalan di Jember. Agar perempuan-perempuan di Jember bisa semakin cerdas. Apalagi persoalan Stunting, AKI, serta AKB. Kita bahu membahu sesama perempuan untuk semakin lebih baik. Dapat penghasilan bisa lewat enterpreneur, pengembangan UMKM, perempuan bisa,” imbuhnya.

Terpisah, salah seorang peserta diskusi Sutipah senada dengan pembahasan diskusi soal perempuan di Jember untuk lebih maju dan cerdas. “Perempuan di Jember memang masih memegang teguh kultur budaya, bukan tidak mau berkembang. Tapi dengan ada dorongan, saling sinergi dan kolaborasi. Maka perempuan bisa saling bantu dan maju untuk lebih baik,” katanya.

Perempuan yang juga aktif dan menjabat sebagai Ketua Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Jember ini mengatakan, adanya persoalan Stunting, AKI, serta AKB. Benar harus ada perhatian dari semua pihak.

“Dari pemerintah mendorong upaya kebutuhan gizi dan peningkatan literasi untuk mengatasi persoalan yang saat ini masih menjadi momok nomor satu di Jember. Tapi dari para perempuan, harus maju untuk lebih cerdas. Mau belajar dan menjadi lebih baik, itu modal utama,” tuturnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Alfan Imroni