Religi

Warga Desa Suger Kidul Jember Puasa Ramadan Lebih Awal, Ini Alasannya

JEMBER, FaktualNews.co – Ratusan warga dan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfilud Durror di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, melaksanakan ibadah salat Tarawih dan puasa Ramadan 1444 Hijriah lebih awal.

Hal itu dilakukan, karena ratusan warga dan santri setempat mengikuti petunjuk yang disampaikan Pengasuh Ponpes Mahfilud Durror, Kiai Ali Wafa. Berdasarkan perhitungan hisab atau hari.

“Jadi patokan kami menggunakan Kitab Nazhatul Majalis itu. Sejak kakek saya mendirikan Ponpes ini. Sejak tahun 1911 dulu,” kata Kiai Ali Wafa saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Rabu (22/3/2023).

Ia bercerita, sang kakek KH M. Sholeh merupakan pendatang dari Pulau Madura. KH M. Sholeh yang memperkenalkan metode penetapan awal puasa dan lebaran dengan merujuk pada kitab Nazhatul Majalis itu.

Dalam kitab tersebut, ujar Kiai Ali Wafa, penentuan awal puasa dilakukan dengan metode hisab atau perhitungan. Hal ini berbeda dengan cara yang dilakukan pemerintah dan juga NU, yakni melalui sidang itsbat dengan berdasarkan rukyatul hilal (melihat bulan).

“Kalau dibilang lebih awal ya saya tidak tahu yang lain. Tapi kalau di Desa Suger memang mengawali malam kemarin Salat Tarawihnya. Jadi hari ini kami sudah berpuasa Rabu tanggal 22 Maret 2023,” ujarnya.

“Pertimbangan kami berpuasa hari ini, sesuai hitungan dari Wuquf (ibadah Haji) wasiat dari Alhamarhum Kiai Hamit Isbad Banyuanyar. Kiai sepuh di Madura, Ponpes Banyuanyar itu,” sambungnya menjelaskan.

Menurut Kiai Ali Wafa, hal itu adalah mengikuti nasehat yang disampaikan Kiai Hamit Isbad itu.

“Beliau menyampaikan, boleh diambil hitungannya dari wuquf tahun kemarin. Saya menghitung, Wuquf kemarin itu jatuh hari Jumat. Jadi Wuquf tahun kemarin itu kami menyebutnya Haji Akbar. Jadi cara menghitungnya pakai rukun iman. Rukun Iman ada enam, jadi Jumat, Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu,” jelasnya.

“Maka Rabu ini awal Ramadan dan menjalankan ibadah puasa. Malam hari sebelumnya, kita melaksanakan ibadah salat Tarawih,” imbuhnya.

Kata Kiai Ali Wafa, dengan perbedaan soal awal Ramadan tersebut. Menurutnya tidak menjadi masalah dan pihaknya menegaskan tidak pernah memaksa masyarakat sekitar untuk mengikuti apa yang diyakini

“Untuk daerah Suger saya hanya memberi tahu, tidak kemudian mengajak. Kalau mau ikut silahkan, tidak mau ikut juga tidak apa-apa. Yang salah itu kan yang tidak puasa,” tegasnya.

“Untuk Salat Tarawih kita ambil 23 rokaat sama seperti pada umumnya. Alhamdulillah selama ini tidak ada masalah, dan meyakini mana yang mau diikuti,” ujarnya menambahkan.